Kupas Tuntas Budidaya Belut, Buku Terbaik Agribisnis Pekan Penghargaan Perpustakaan Nasional 2021

Pertanianku — Ajang Pekan Penghargaan Perpustakaan Nasional Tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI menobatkan buku Kupas Tuntas Budidaya Belut sebagai buku terbaik pada kategori buku agribisnis Anugerah Buku (Pustaka) Terbaik 2021. Acara tersebut berlangsung secara virtual pada 10 dan 13 September 2021. Proses penilaian berlangsung sejak Juni hingga Agustus 2021.

budidaya belut
foto: Pertanianku

Penilaian tersebut dilakukan oleh enam juri yang merupakan pakar pada bidangnya. Mereka adalah Teuku Syamsul Bahri, S.H., M.Si. (Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Pustakawan Indonesia), Dr. Bayu Krisnamurthi, M.Si. (Dosen Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor), Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana, M.S. (Profesor Riset FKPR Kementerian Pertanian), Rio Erlangga (Direktur PT Cipta Agri Pratama), dan Setyo Untoro, S.S., M. Hum. (Penyuluh Bahasa Pengembangan dan Pembinaan Bahasa).

Kupas Tuntas Budidaya Belut ditulis oleh praktisi budidaya belut Fajar Junariyata dan ahli perikanan Cahyo Saparinto. Fajar memulai usaha budidaya belut di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sejak 2008. Kini, permintaannya tidak hanya datang dari pasar dalam negeri, tetapi juga dari pasar ekspor seperti Taiwan, Korea, dan Jepang.

Mulanya, pria yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) ini hanya berjualan belut yang diambil dari Lampung. Setelah sempat mengalami kecelakaan, Fajar akhirnya berinisiatif untuk memulai budidaya belut sendiri.

“Suatu ketika saya kecelakaan. Mobil saya terbalik di Tol Serang sehingga saya gak bisa ke Lampung. Padahal permintaan peminat belut itu yang nanya banyak sekali sehingga saya merasa sayang bisnis ini kalau kita biarkan begitu saja. Karena saya coba cari komoditi ini di daerah sekitar kita seperti Bogor, Sukabumi, Karawang gitu, tapi harganya sudah mahal di sini. Sehingga saya inisiatif coba-coba budidaya itu,” papar Fajar.

Pada 2009 Fajar berhasil menemukan cara budidaya belut di media air bening yang dinilai lebih efektif. Hal tersebut berhasil menarik perhatian redaksi Majalah Trubus untuk mengangkat pengalamannya. Setelah itu, ternyata banyak pembaca yang tertarik sehingga redaksi Penebar Swadaya meminta Fajar untuk menulis buku tentang budidaya belut. Akhirnya, pada 2010 proses pembuatan buku Kupas Tuntas Budidaya Belut dimulai.

Fajar tak menyangka, buku agribisnis pertamanya ini, berhasil memenangkan peringkat pertama Anugerah Buku (Pustaka) Terbaik 2021 pada Pekan Penghargaan Perpustakaan Nasional Tahun 2001.

“Murni pikiran saya hanya ingin menularkan ilmu saya. Jadi, tidak nyangka kalau dapat penghargaan yang seperti itu,” ujar Fajar.

Fajar berharap dengan adanya penghargaan yang diberikan pada buku Kupas Tuntas Budidaya Belut semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk budidaya belut. Pasalnya, budidaya komoditas air tawar ini terbilang mudah dan modal yang dibutuhkan tidak begitu besar. Selain itu, nilai ekonomis belut relatif tinggi sehingga budidaya belut sangat berpotensial untuk mengangkat ekonomi masyarakat.

Apabila jumlah pembudidaya belut meningkat, Fajar berharap masyarakat bisa lebih mudah mendapatkan sumber pangan yang bergizi.

“Mudah-mudahan bisa mengangkat yang pertama gizi masyarakat karena gizinya tinggi. Semakin banyak makan ikan, terutama belut, maka akan semakin meningkat gizi masyarakat. Kalau gizi masyarakat meningkat, tentu implikasinya adalah kecerdasan Indonesia. Kalau manusia Indonesia cerdas-cerdas, saya yakin negara kita akan maju,” ungkap Fajar.

Melalui penghargaan ini Fajar juga berharap agar lebih banyak buku agribisnis yang diterbitkan. Hal ini karena ketahanan pangan menjadi faktor penting bagi negara. Namun, sayangnya, saat ini petani masih menjadi bidang profesi yang kurang diminati.

“Dengan banyak buku agribisnis ini, merangsang anak-anak yang baca atau mungkin anak-anak muda bahwa ternyata agribisnis ini sangat menjanjikan juga. Saya sangat berharap buku-buku agribisnis semakin banyak dicetak, diterbitkan dan semakin banyak orang yang membacanya,” pungkas Fajar.