Kutu Loncat Pembawa Petaka

Pertanianku — Budidaya jeruk sangat rawan dengan serangan berbagai jenis hama ataupun penyakit. Jika sudah terkena hama dan penyakit, produktivitas jeruk pun terancam. Bukan tidak mungkin hasil panen menjadi tidak dapat diandalkan. Salah satu hama yang diwaspadai oleh pembudidaya jeruk adalah kutu loncat.

kutu loncat
Foto: entnemdept.ufl.edu

Kutu loncat bisa membawa dampak yang sangat berbahaya. Hewan kecil yang satu ini memang tidak merusak tanaman jeruk secara langsung. Namun, hewan yang memiliki nama Latin Diaphorina citri ini menjadi vektor yang menularkan penyakit ganas.

Penyakit tersebut adalah huanglongbing atau yang kerap disingkat menjadi HLB. Beberapa orang juga menyebut penyakit tanaman jeruk ini dengan nama CVPD atau citrus vein phloem degeneration.

Penyakit ini sendiri hingga kini belum ditemukan obatnya. Penyebab utama dari penyakit HLB ini adalah sejenis bakteri berflagela, Candidatus citri. Di Afrika, penyebab HLB adalah bakteri Trioza erytreae. Penyakit ini sendiri pertama kali dikenali di Cina sejak 1929 dan meluas ke Taiwan dan negara lain. Di Afrika, penyakit ini terdeteksi pada 1947 di Afrika Selatan.

Kutu loncat biasanya menyerang beberapa bagian pohon jeruk. Mulai dari kuncup, tunas, daun-daun muda, dan tangkai daun menjadi sasaran kutu loncat.

Tunas-tunas muda tanaman jeruk ini digunakan kutu loncat sebagai tempat peletakan telur. Itulah sebabnya kutu loncat banyak mengincar tahapan pertunasan tanaman. Pola pertunasan ini pun berbeda-beda di masing-masing daerah, tergantung dengan curah hujan dan pengairan.

Jika sudah terkena bakteri penyebab HLB, tanaman akan menunjukkan beberapa gejala. Salah satunya adalah tunas-tunas muda menjadi keriting dan pertumbuhannya terhambat. Jika sudah memasuki fase yang lebih parah, bagian tanaman yang mengering ini akan mati perlahan-lahan.

Pengendalian kutu loncat menjadi salah satu solusi dalam pencegahan meluasnya penyakit HLB. Namun, diperlukan kerja sama antarpembudidaya jeruk agar hasilnya optimal. Penyakit HLB ini sangat mudah menular kepada tanaman lainnya sehingga pengendalian bersama sangat diperlukan.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida. Bahan-bahan yang wajib terdapat dalam insektisida tersebut adalah Dimethoate, Alfametrin, Profenofos, dan Sipermetrin.

Selain penyemprotan dengan insektisida, pengendalian kutu loncat juga bisa dengan predator alaminya. Beberapa hewan yang bisa digunakan adalah predator kumbang helm, parasitoid tamarixia radiata, Diaphorencyrtus aligarhensis, dan patogen serangga berupa Hirsutella sp., Metarrihizium sp, dan Beuvaria bassiana.