Pertanianku — Siapa yang tidak mengenal lada? Komoditas perkebunan yang sudah menjadi primadona di perdagangan rempah-rempah di pasar ekspor. Harga jualnya terbilang sangat tinggi sehingga menjadi salah satu daya tarik orang Eropa untuk datang ke Asia Timur. Kini, lada Indonesia tetap menjadi komoditas perkebunan yang masih diminati banyak orang karena memiliki cita rasa yang khas sehingga memiliki daya jual tersendiri.

Lada merupakan produk tertua dari produk rempah-rempah yang sudah ada sejak 372—278 SM (Sebelum Masehi). Dahulu, sudah ada dua jenis lada yang digunakan oleh Bangsa Mesir dan Romawi, yaitu lada hitam dan lada panjang.
Pada abad pertengahan 1100—1500, rempah ini merupakan komoditas perdagangan yang sangat penting, bahkan dijadikan sebagai alat tukar dan mas kawin. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya nilai komoditas ini. Kedudukan komoditas ini pada masa lalu memang sangat penting sehingga rempah-rempah ini menyandang gelar King of Spices atau rajanya rempah-rempah.
Saat Indonesia dilanda krisis ekonomi pada 1997, perkebunan merupakan sektor yang paling bisa bertahan dari goncangan ekonomi dengan nilai pertumbuhan yang positif. Hal tersebut berbanding terbalik dengan sektor manufaktur yang mengalami penurunan. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa sektor perkebunan yang masih sering terabaikan memiliki peran penting dalam menyangga perekonomian nasional
Dalam membangun ekonomi nasional dan masyarakat pertanian, komoditas ini memiliki peran yang cukup besar. Hingga saat ini, lada menjadi komoditas yang berkembang di wilayah-wilayah pertanian tradisional dan harus dikembangkan lebih baik lagi untuk meningkatkan kesejahteraan petani setempat.
Pohon lada bisa ditanam di pekarangan atau ditanam bersamaan dengan komoditas lain. Lada bisa tumbuh di daerah yang ternaungi hingga 70 persen. Artinya, rempah ini bisa ditanam di bawah tanaman produktif lain yang bisa berfungsi sebagai tiang panjatan. Dengan begitu, hasil yang bisa didapatkan dari kebun lada bisa lebih optimal.
Indonesia merupakan salah satu negara produsen lada di dunia yang berperan penting dalam pasar ekspor. Produksi dalam negeri dominan diekspor dan hanya sedikit yang dikonsumsi di sendiri. Tak heran, rempah-rempah ini dikatakan sebagai sumber penghasil devisa, penyedia lapangan kerja, dan bahan baku industri yang sangat dibutuhkan.
Sudah saatnya, ada penerus generasi yang mulai memperdalam ilmu perkebunan lada agar perkebunan komoditas rempah ini terus berkembang. Dalam buku Lada Produksi 2 Ton yang diterbitkan oleh Penebar Swadaya menyajikan beragam informasi penting mengenai budidaya lada. Informasi tersebut berguna untuk memudahkan para calon pengusaha. Segera hubungi WhatsApp admin Penebar Swadaya untuk mendapatkan buku tersebut sebagai referensi usaha Anda.