Pertanianku — Lahan pertanian kering dan masam bukan tidak mungkin bisa diolah menjadi lahan produktif. Pasalnya, sejumlah peneliti dari Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mencoba melakukan ekspose teknologi pengelolaan lahan kering ini di Lampung Timur.

Percobaan ini dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo, Lampung. Para peneliti mengajak beberapa petani untuk mengolah lahan kering dengan memanfaatkan penggunaan fosfat alam secara langsung. Bahkan, teknologi pemupukan berimbang juga dipraktikkan berdasarkan uji PUTS dan PUTK.
Tak hanya itu, para peneliti juga mempraktikkan teknologi pertanaman lorong, teknologi pemanfaatan pupuk hayati, varietas padi (padi sawah dan padi gogo), serta varietas aneka umbi dan kacang-kacangan. Selain itu, dipraktikkan pula mengenai varietas hortikultura dan tanaman industri, varietas jagung (komposit dan hibrida), teknologi integrasi tanaman ternak (SITT), serta pertanaman surjan (padi dengan jeruk, dan padi dengan lengkeng).
Penyuluhan ini bahkan mendapat antusias yang sangat tinggi dari salah seorang petani, yakni Tugimin. Ia mengatakan, baru tahu kalau tanah kurang subur bisa diolah jadi tanah produktif.
“Dengan adanya penyuluhan ini saya merasa mendapatkan ilmu yang sangat penting dan bermanfaat. Teknologi ini akan segera saya terapkan di lahan sawah,” katanya.
Kepala Balittanah, Dr. Wiratno, mengungkapkan Kebun Percobaan Taman Bogo merupakan representasi dari lahan kering masam di Indonesia yang luasnya mencapai 107,36 juta hektare. Jenis tanah didominasi oleh ultisols, oxisols, dan inceptisols.
“Umumnya jenis tanah seperti ini produktivitasnya rendah. Namun jika dikelola dengan baik, tanah ini sangat berpotensi mendukung ketahanan pangan Indonesia,” ujar dia.
Sementara itu, peneliti Kesuburan Tanah, Balittanah, Ir. I Wayan Suastika, M.Si menambahkan kendala dalam pengelolaan tanah masam adalah kadar bahan organik, kandungan unsur P, K, Ca, Mg, KB, dan nilai KTK rendah. Sementara, kadar AI tinggi, peka terhadap erosi, dan tanah padat sehingga tanah sulit diolah.
“Kalau tanah kita sakit dan tidak subur jangan patah semangat. Sudah ada teknologi yang kami hasilkan. Karena itulah, kami berharap petani tidak sungkan-sungkan berkonsultasi dengan kami dan para peneliti di KP Taman Bogo ini,” tutur Wayan.