Pertanianku — Caisim atau lebih dikenal dengan sebutan sawi merupakan sayuran yang banyak digemari tetapi memiliki harga yang sangat terjangkau. Tanaman caisim dapat tumbuh terutama di dataran tinggi hingga dataran rendah. Lantas, bagaimana cara budidaya caisim secara organik?
Caisim bisa tumbuh di segala musim, baik panas, kering atau hujan, asalkan pengaturan drainase di tata secara apik agar sawi tidak kekurangan atau kelebihan air. Sebaiknya, budi daya caisim dilakukan dengan persemaian dahulu.
Persiapan benih dan persemaian
Rendamlah biji yang sudah siap tanam dalam air selama kurang lebih 2 jam untuk proses penyemaian. Jika sudah, angkat kemudian tiriskan. Selanjutnya, sebar di tempat penyemaian yang terbuat dari tanah dicampur kompos halus dan memiliki pelindung untuk menghindari pancaran sinar matahari secara langsung dan juga air hujan.
Jangan lupa menutupnya dengan jerami kering selama 2—3 hari hingga tunas muncul. Pindahkan jerami tersebut hingga bibit caisim tumbuh sampai 2—3 minggu. Jaga juga kelembapan pada media tanah serta siram secara teratur.
Pengolahan dan penanaman
Gemburkan tanah dengan pacul dan buatlah bendengan dengan panjang disesuaikan, tinggi sekitar 20—25 cm, dan lebar satu meter. Campurkan pupuk dasar yang bisa berasal dari pupuk kompos, kotoran ayam misalnya, aduk secara merata pada permukaan tanah sebanyak 20 ton per hektare dan biarkan selama 2—3 hari. Tanam bibit caisim yang sudah memiliki 3—4 helai daun pada bedengan dengan jarak 10 × 15 per tanaman. Jangan lupa selalu menyiramnya dan menjaga kelembapannya.
Perawatan
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada musim kemarau, dan lakukan 1 kali sehari jika matahari tidak terlalu terik. Lakukan penjarangan jika tanaman sawi tumbuh terlalu berdempetan dan akhirnya mengganggu taman yang lain. Lakukan penyuluhan jika taman mati atau lagu menggunakan bibit penyemaian tadi. Lakukan penyiangan gulma sebanyak 2—4 kali mulai dari minggu pertama sejak dipindahkan ke bedengan.
Buat penanggulangan terhadap serangan hama seperti ulat dan penyakit seperti busuk daun dengan cara membuat larutan nabati dari kipait, gadung, dan sabun colek atau putih telur sebagai perekat. Cara ini bersifat mengusir sementara. Atau, lakukan penyiraman pada tanaman secara teratur.