Pertanianku — Porang (Amorphophallus Muelleri Blome) atau lebih dikenal dengan nama iles-iles merupakan umbi-umbian yang pamornya sedang naik. Umbi porang mengandung glucomannan yang berbentuk tepung dan digunakan untuk membuat lem dan jelly. Saat ini mulai banyak orang yang mencoba budidaya porang karena permintaannya terbilang cukup baik.
Budidaya porang dapat dilakukan di dataran rendah dengan ketinggian 0—700 m dpl. Namun, umbi bisa tumbuh lebih baik di ketinggian sekitar 100—600 m dpl. Lahan yang akan digunakan untuk budidaya sebaiknya mendapatkan intensitas cahaya sebesar 60—70 persen.
Tanaman ini membutuhkan naungan agar bisa tumbuh dengan optimal. Biasanya, pohon naungan yang bagus adalah jati, mahoni sono, dan lain-lain. Tingkat kerapatan pohon naungan harus diatur agar tidak menghalangi jalan masuknya cahaya. Tingkat kerapatan minimal pohon naungan sekitar 40 persen dan maksimal sekitar 60 persen.
Porang dapat tumbuh subur di tanah yang gembur. Struktur tanah sebaiknya liat berpasir dan tidak boleh becek. Lahan harus dibersihkan dari tanaman alang-alang karena bisa mengganggu pertumbuhan tanaman. Tingkat keasaman tanah yang dibutuhkan adalah netral, sekitar 6—7.
Lahan yang sudah dibersihkan dari gulma langsung dipasang ajir dengan jarak 1 m × 1 m jika bibit yang digunakan adalah umbi dan bulbil. Buat jalur cangkul selebar 0,5 m untuk menanam bibit bulbil. Selanjutnya, buat lubang tanam berukuran 20 cm × 20 cm × 20 cm. Setelah itu, berikan pupuk dasar berupa pupuk bokashi sebanyak 0,5 kg untuk satu lubang tanam.
Proses penanaman bibit porang sebaiknya dilakukan di bawah naungan. Oleh karena itu, pohon naungan sudah harus ditanam sebelum masa penanaman bibit. Porang juga bisa ditanam dengan tumpang sari untuk memudahkan proses perawatan.
Proses perawatan yang harus terus dilakukan adalah penyiangan gulma agar pertumbuhan tanaman porang berjalan optimal. Gulma dapat merebut nutrisi dan air sehingga tanaman porang tidak bisa menyerap kebutuhan pokok tersebut secara maksimal. Gulma yang sudah disiangi bisa dikumpulkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.
Porang cukup rawan diserang oleh belalang, ulat, orketti macasar, ulat umbi, dan nematoda. Oleh karena itu, petani perlu waspada terhadap serangan hama-hama tersebut.
Porang sudah bisa dipanen setelah berusia 2 tahun setelah tanam. Umbi yang dipanen adalah umbi berbobot besar sekitar lebih dari 1 kg per umbi. Sementara itu, umbi yang masih kecil baru bisa dipanen pada tahun selanjutnya. Satu pohon porang bisa menghasilkan 2 kg porang.