Pertanianku — Hama kutu putih atau Planococcus citri menyerang bagian tanaman yang masih mudah, mulai dari daun, cabang, bunga, dan buah. Namun, kutu ini lebih sering menyerang bagian buah dan bunga. Tanaman yang terserang kutu putih menjadi kerdil dan bunga serta buah akan mengering, lalu gugur.
Pohon yang sudah terserang kutu putih akan terlihat mengalami perubahan warna pada daunnya menjadi hitam. Biasanya, kutu dapat terlihat di atas dan yang sudah berubah menjadi hitam. Hama ini menyerang tanaman dengan mengisap bagian tertentu.
Pohon kopi di dataran rendah memang merupakan pohon inang bagi kutu putih. Sementara itu, di dataran tinggi, pohon lamtoro yang menjadi pohon inangnya.
Daur hidup kutu putih yang berordo Homoptera dan berfamili Psedoccidae berlangsung selama 48—57 hari. Stadium telurnya berlangsung selama 3—4 hari dan stadium nimfanya berlangsung 44—55 hari.
Stadium nimfa kutu terdiri atas empat instar untuk serangga betina dan tiga instar untuk serangga jantan. Seekor serangga betina dapat menghasilkan telur sebanyak 200—400 butir.
Perkembangan kutu putih didukung oleh kehadiran semut gramag dan semut hitam. Oleh karena itu, ketika terlihat semut di area kebun kopi, Anda harus mewaspadai kehadiran kutu ini.
Pengendalian kutu bisa dilakukan melalui tiga cara, yaitu kultur teknis, hayati, dan kimiawi. Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan mengatur naungan pohon kopi dengan baik agar kondisi lingkungan dengan kelembapan udara tidak sesuai dengan perkembangan P.citri. Hama ini memang bisa berkembang biak semakin parah ketika didukung oleh kondisi suhu perkebunan.
Pengendalian hayati dilakukan dengan melepaskan predator musuh alami, seperti Nephus roepkei (kumbang) atau Curinus coeruleus Mulsant (kumbang hitam).
Pengendalian kimiawi dilakukan ketika dalam satu pohon sudah terdapat 10 ekor kutu. Ketika jumlah kutu sudah terlihat 10 ekor, hal tersebut menjadi pertanda bahwa pohon tersebut menjadi sumber potensial untuk diterapkan pengendalian kimiawi.
Pengendalian kimiawi dapat dilakukan saat menjelang musim kemarau. Insektisida yang digunakan adalah propoksur (Poxindo 50 WP), formotion (Anthio 330 EC), dan metadation (Supracide 40 EC).