Pertanianku – Lembaga Penerbangan Antariksa (Lapan) akan segera meluncurkan satelit Lapan A3. Satelit yang akan diluncurkan di India ini akan memantau kuantitas tutupan lahan dan memantau sumber daya pangan.
Sebagaimana dikutip Okezone (27/4), Kepala Lapan Thomas Djalaluddin mengatakan, satelit yang akan diluncurkan Mei ini dibuat bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Penerus satelit Lapan A2 ini difungsikan untuk pengindraan jauh guna mengukur kualitas dan kuantitas tutupan lahan dan memantau sumber daya pangan.
“Satelit ini berfungsi sebagai pengindraan jauh oleh satelit Lapan A3 ini adalah untuk deteksi kapal laut melalui Automatic Identification System (AIS). Sedangkan untuk sistem sains, satelit itu mengukur matriks bumi. Teknologi satelit dipakai dalam kehidupan sehari-hari, selain yang pertama adalah satelit teknologi informasi,” ujar Thomas.
Thomas menambahkan, peluncuran satelit Lapan A3 ini merupakan kemajuan besar dalam satelit eksperimental mikro. Untuk profilnya, satelit A3 memiliki berat 115 kilogram. Pendahulunya, satelit A2 memiliki bobot tak lebih dari 100 kilogram, hanya 76 kilogram sedangkan satelit A1 berbobot 57 kilogram.
Dengan kemampuannya, Lapan A3 akan mampu mengidentifikasi tutupan dan pengguna an lahan serta pemantauan lingkungan. Satelit juga mengemban misi pemantauan kapal laut. Muatan pengindera satelit Lapan A3 yang berupa 4 bands multi spectral imager beresolusi 18 meter dengan swath 100 kilomener, adalah gagasan dari IPB.
Muatan inilah yang akan dimanfaatkan untuk memantau tanaman pangan. Rektor IPB Herry Suhardiyanto menerangkan, satelit ini dapat memberikan informasi indra yang bermanfaat. Dia menjelaskan, untuk secara real time dapat memperkirakan produksi padi nasional.
Satelit tersebut dapat memperkirakan daerah potensi perikanan dalam rangka ketahanan pangan. Di samping itu juga bisa memantau hotspot dan informasi atmosfer. Menurut Herry, keterlibatan ini dilakukan karena IPB mendapat mandat dari negara sebagai institusi terdepan dalam riset tentang ketahanan pangan.
Selain itu, IPB memiliki banyak ahli di bidang remote sensing dan perencanaan wilayah. Selama ini Indonesia selalu memanfaatkan informasi dari satelit milik negara lain. Karena itu, Indonesia tentu harus memiliki informasi yang akurat dari satelit milik sendiri. Dengan kata lain, sesuai dengan kebutuhan dalam negeri.