Latar Belakang Terciptanya System of Rice Intensification (SRI)

Pertanianku — System of Rice Intensification lahir di tengah kekhawatiran para pakar pertanian akan sistem pertanian yang mulai tidak ramah lingkungan. Mulanya, sistem pertanian di Indonesia sangat ramah lingkungan, dengan sistem tradisional yang diturunkan dari leluhur sebelumnya terbukti mampu menjaga warisan tanah air hingga bisa dinikmati oleh anak cucu.

 System of Rice Intensifiaction
foto: pertanianku

Seiring perkembangan zaman, sistem pertanian Indonesia semakin bergeser. Banyak sistem pertanian luar negeri yang sejatinya memiliki kondisi iklim yang berbeda, kondisi geografis yang berbeda dan sumber dayanya yang berbeda mulai diterapkan di Indonesia dengan alasan untuk ekspansi ekonomi

Pembuatan irigasi buatan, penggunaan pupuk dari bahan kimia buatan, dan masih banyak lagi membuat sistem pertanian semakin hari semakin tergantung dengan minyak dan gas bumi hampir mencapai 60 persen.

Seiring berjalannya waktu, hal tersebut malah menghancurkan siklus tanah dan menyebabkan produktivitas dari tahun ke tahun menjadi menurun. Upaya untuk memperbaiki semuanya dimulai dengan upaya swadaya masyarakat dengan system of rice intensification (SRI). Upaya ini sudah dimulai sejak awal 2000-an.

Metode SRI yang diadopsi oleh Indonesia diberi nama dengan SRI Organik Indonesia. Sistem ini dibawa oleh para Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS). Metode SRI sudah berkembang di beberapa negara, seperti Madagaskar. Namun, setiap negara akan menyesuaikan metode ini sesuai dengan kondisi negara masing-masing.

SRI Organik Indonesia mulanya diterapkan di Jawa Barat hingga kini metode ini sudah berkembang di beberapa daerah pelosok lainnya. Metode ini memiliki tiga landasan prinsip dalam pengembangannya.

Pertama, membuat tanaman padi memiliki banyak anakan. Hal ini dilakukan dengan menanam bibit padi yang masih berumur tujuh hari dan masih memiliki keping biji sebagai cadangan makanannya, bibit padi ditanam secara dangkal, satu bibit padi ditanam pada satu lubang, dan menggunakan jarak tanam lebih dari 30 cm.

Kedua, menghilangkan genangan air di sawah. Padi memang dapat tumbuh dan menyesuaikan dirinya di tengah genangan air. Namun, padi bukanlah tanaman air yang memiliki snorkel seperti tanaman air lainnya. Tanah yang tergenang membuat akar tidak mampu menyerap oksigen sehingga pemasukan oksigen hanya dari daun. Menggenangi sawah adalah langkah untuk menghindari gulma, padahal gulma juga dapat bermanfaat.

Ketiga. mengganti konsep pemupukan dengan konsep melengkapi setiap tanaman dengan bioreaktornya sendiri. Hal ini dilakukan dengan penggunaan pupuk organik kompos yang berfungsi sebagai generator siklus ruang dan mikroorganisme lokal sebagai siklus kehidupan. Pada akhirnya semuanya akan menghasilkan nutrisi yang sangat bermanfaat bagi tanaman dan tanah.