Pertanianku — Saat ini Indonesia berada di peringkat kelima eksportir buah alpukat atau avokad di pasar global. Peringkat pertama diduduki oleh Meksiko dengan jumlah ekspor 1 juta ton/tahun. Sementara itu, jumlah ekspor avokad dari Indonesia saat ini berkisar di angka 400 ton/tahun. Menurut Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto, nilai ekspor Indonesia ke luar negeri saat ini masih kurang maksimal.
“Ekspor alpukat yang paling tinggi saat ini masih dipegang oleh Meksiko, yaitu 1 juta ton per tahun. Indonesia untuk ekspornya baru mencapai 400 ton per tahun. Indonesia saat ini ada di peringkat 5 dunia. Hal ini perlu ditingkatkan lagi, khususnya untuk ekspor,” tutur Prihasto seperti dilansir dari laman hortikultura.pertanian.go.id.
Dalam acara yang bertajuk “Ngopi Bareng Pak Dirjen Hortikultura”, narasumber yang hadir, salah satunya Prihasto, membahas berbagai permasalahan teknis dan budidaya serta penanganan penyakit tanaman. Hal tersebut menjadi faktor yang menghambat pengembangan budidaya avokad di Indonesia.
“Alpukat untuk ekspor saat ini, masih di angka 400 ton per tahun, ini angka secara global. Ngopi Bareng ini kita gunakan sebagai mediator untuk meningkatkannya, yaitu permasalahan teknis budidaya, serta penanganan penyakit tanaman. Nantinya, bisa bersinergi dengan lembaga profesional atau akademisi,” terang Manajer Budidaya PT Agro Sari Tunggal, Dr. Ir. Dyah Pitaloka, M.P..
Prihasto menekankan, petani avokad harus memiliki gambaran pasar avokad, baik pasar domestik maupun pasar ekspor.
Keberadaan Kampung Buah dinilai menjadi langkah yang tepat karena bisa menjadi wadah untuk petani. Kampung Avokad dapat menunjukkan keunggulan produknya, seperti avokad pameling yang dibudidayakan di desa-desa. Keberadaan Kampung Avokad dapat membuat petani memiliki gambaran pasar domestik ataupun ekspor.
Selain itu, petani diharapkan mampu memproduksi buah avokad berkualitas, berkuantitas, dan berkelanjutan. Ketiga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap persaingan di pasar dengan produk-produk avokad dari negara lain.
“Petani kita harus mampu memproduksi buah alpukat yang berkualitas, berkuantitas, dan berkontinuitas agar bisa bersaing di tingkat pasar dunia. Secara teknis perawatan dan pemeliharaannya tepat. Petani perlu mendapatkan pendampingan untuk modernisasi budidaya,” terang Prihasto.