Pertanianku — Di era milenial, digitalisasi pertanian menjadi PR penting bagi petani dan pemerintah. Oleh karena itu, sistem digital telah dikembangkan oleh BUMN yang bernama Logistik Pertanian alias Logtan.
Sistem digital Logtan tengah digarap oleh PT Telkom Indonesia. Diharapkan kemunculan Logtan di era modern ini dapat membantu para petani sejak masa sebelum pertanian, masa penanaman, panen, hingga penanganan pascapanen.
Logtan berisi data-data para petani yang mendaftarkan diri dalam akun tersebut. Melalui aplikasi ini, para petani dapat melihat berbagai fitur yang memudahkan petani dalam menjadwalkan masa bertani hingga status lahan pertanian milik para petani.
Selain itu, Logtan juga memungkinkan para penggunanya untuk mengakses subsidi. Subsidi ini disalurkan oleh BUMDes berupa benih hingga pupuk yang ditujukan bagi para petani yang membutuhkan.
Adanya Logtan diharapkan mampu mendorong produktivitas pertanian. Target awal diluncurkannya aplikasi ini adalah dapat meningkatkan produktivitas hingga 20 persen.
Tak hanya PT Telkom Indonesia, Logtan sejatinya merupakan proyek kerja sama beberapa BUMN antara lain PT Pupuk Indonesia, Bank BTN, Bank BNI, Bank BRI, Bank Mandiri, Perum Bulog, RNI, Askrindo, Jasindo, Pertani, Sang Hyang Seri, Pegadaian, PNM, PPI, serta Mitra BUMDes Bersama.
Tahap awal peluncuran Logtan merupakan salah satu langkah pemerintah dalam mendorong digitalisasi pertanian. Program ini sendiri telah diresmikan di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Hingga kini, tercatat lebih dari 7 ribu petani telah membuat akun di aplikasi Logtan ini.
Setelah diresmikan di daerah tersebut, beberapa daerah lain yang akan menerapkan aplikasi ini antara lain Karawang, Purwakarta, Majalengka, Sumedang, Cianjur, Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya.
Logtan diharapkan tidak hanya menjadikan petani lebih siap dan siaga dengan lahan yang sedang dikerjakan, tetapi juga memfasilitasi para petani untuk meningkatkan posisinya agar tidak hanya menggarap lahan.
Melalui Logtan, petani dapat mengakses pasar dan memiliki kendali pada harga produksi. Dengan begitu, petani pun akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi. Salah satunya dengan didukung adanya Sentra Pengolahan Beras Terpadu atau SPBT yang dibuat oleh MBB Sliyeg di Desa Majasari. SPBT diharapkan dapat menyerap beras petani dengan harga yang baik karena dilengkapi dengan berbagai alat.