Pertanianku — Talas satoimo merupakan komoditas umbi yang prospektif untuk dikembangkan sebagai bahan pangan dan komoditas ekspor ke Jepang. Nilai ekonomi talas ini terbilang tinggi karena manfaat satoimo yang cukup banyak untuk berbagai industri.
Satoimo mengandung hyalitrotic acid yang merupakan senyawa pembentuk kolagen, salah satu jenis protein yang diyakini dapat menghambat penuaan kulit. Di Jepang, tepung dari talas satoimo sering dimanfaatkan untuk industri kosmetik.
Ukuran satoimo terbilang lebih kecil bila dibandingkan dengan jenis talas lainnya. Belakangan ini satoimo mulai dibudidayakan di Indonesia sejak prospek bisnisnya terlihat semakin cerah.
Umbi yang dikenal juga dengan nama talas jepang ini bisa diolah menjadi pangan olahan pengganti kentang dan terigu. Satoimo bisa diolah menjadi tart, kue kering, pie, atau makanan ringan.
Anda juga bisa mengonsumsi satoimo dalam keadaan mentah. Rasanya hampir mirip dengan salak pondoh. Itu sebabnya banyak orang yang menyebutnya dengan nama keladi salak.
Talas satoimo yang masih segar dapat menjadi sumber kalsium dan kalori yang tinggi, tetapi kandungan karbohidratnya rendah. Oleh karena itu, jenis talas ini bisa dijadikan makanan diet yang baik untuk penderita diabetes.
Satoimo yang sudah diolah menjadi pati/tepung dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat makanan dan minuman sehat, seperti pengental (starch), bubur bayi, makanan orang tua, bahan baku kue dan roti, pencampur tepung terigu, pengganti kentang, dan bahan obat-obatan.
Talas jepang juga dapat bermanfaat sebagai serat yang sering digunakan sebagai bahan campuran pembuatan jelly, es krim, biskuit, bahan sup, minuman berserat, puding, serta makanan-minuman untuk diet dan penderita diabetes.
Perbedaan talas jepang dengan talas lokal sangat ketara. Selain dari ukurannya lebih kecil, kulit talas jepang lebih mudah dikupas. Berbeda dengan talas lokal yang perlu dikupas dengan cara khusus.
Satoimo berbentuk seperti bola pingpong. Saat direbus umbi talas hanya perlu dipencet bagian luarnya hingga kulitnya terkelupas. Setelah itu, umbi bisa langsung dimakan.