Manisnya Potensi Durian Lokal yang Sulit Dibudidayakan

Pertanianku — Durian masih menjadi buah favorit masyarakat Indonesia sekaligus menjadi buah kontroversial, baik di tengah kalangan pencintanya maupun di luar kalangan pencinta durian. Namun, di balik rasanya yang nikmat, ternyata durian itu terbilang sulit dibudidayakan. Tanaman ini harus ditanam di tempat dengan agroklimat yang sesuai. Lokasi menjadi salah satu kesulitan utama budidaya durian lokal yang sebenarnya sangat berpotensial.

durian lokal
foto: Pertanianku

“Menurut saya (potensi durian) sangat bagus. Pertama, masyarakat Indonesia memang penyuka durian. Kedua, makin tinggi income per kapita mereka menuntut makin tinggi kualitas sehingga harga juga tidak lagi dibandingkan. Kalau dulu kan harga durian berapa? Rp100 ribu, mahal amat. Sekarang ochee kita jual Rp500.000 per kg bukan (lagi) banyak yang cari, (tapi) sudah habis,” terang Ir. Sadar Subagyo, pemilik Kebun Durian Sadar Tani, pada talkshow “Festival Durian: Potensi dan Cita Rasa Durian Lokal” di Trubus Expo, Kamis (27/01).

Kebun Durian Sadar Tani membudidayakan beberapa jenis durian lokal seperti durian bawor, dan durian introduksi, ochee. Kebun milik Sadar ini mampu menghasilkan 4 ton durian per tahun.

Sadar melanjutkan, potensi untuk ekspor juga terbilang luar biasa. Pasalnya, durian merupakan tanaman tropis. Salah satu negara tujuan ekspor yang berpotensial ialah Cina. Masyarakat di Negeri Tirai Bambu ini menyukai durian, tetapi sayangnya, durian tidak bisa ditanam di Cina.

Dalam kesempatan yang sama, Pendiri Yayasan Durian Nusantara, Dr. Ir. Mohammad Reza Tirtawinata, MS., mengatakan, keunggulan durian introduksi atau durian yang didatangkan dari luar negeri ialah sudah memiliki nama. Padahal, durian lokal sendiri sudah memiliki kualitas rasa yang hampir sama, sayangnya belum dikebunkan dengan serius. Oleh karena itu, Yayasan Durian Nusantara berusaha untuk menaikkan pamor durian lokal.

“Artinya, belum mendapatkan perlakuan seperti durian introduksi, pupuknya bagus, penyemprotan bagus, pemangkasan, segala macam. Durian lokal kita itu masih dibiarkan tumbuh secara alami sehingga mutu produksinya tidak stabil,” ungkap Reza.

Di balik manisnya potensi durian, rupanya budidaya durian memiliki segudang permasalahan. Permasalahan yang paling sering dirasakan oleh pekebun ialah packing house. Durian lokal yang akan dieskpor harus dibekukan seketika kemudian dikemas. Cara ini membutuhkan modal yang cukup tinggi.

Sadar mengungkapkan syarat pertama berkebun durian ialah agroklimat. Pemilihan lokasi dengan agroklimat sesuai dengan jenis durian yang dikebunkan merupakan keharusan yang tidak bisa ditentang. Masalah kedua yang kerap muncul ialah pemilihan bibit yang harus tepat. Hal ini karena ada beberapa bibit yang “dipelintir” sehingga bibit tersebut terlihat seperti bisa berbuah, padahal tidak bisa berbuah.

“Bibit durian sekarang ini, maaf, saya katakan 70 persen abal-abal. Jadi, kita pilih okulasi. Okulasi tuh harusnya dari cabang yang sudah berbuah. Karena permintaan tinggi, okulasi dari semuanya (cabang pohon),” tutur Sadar.

Senada dengan Sadar, Reza mengatakan, bila agroklimat tidak diperhatikan, kemungkinan biaya produksi yang dikeluarkan akan besar dan hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan pohon yang ditanam di daerah yang cocok.

Reza melanjutkan, seseorang yang ingin berkebun durian harus menyukai durian. Pasalnya, buah dengan cita rasa dan aroma yang sangat khas ini sulit dibudidayakan.

“Kalau Anda ingin berkebun durian, pastikan Anda punya passion yang kuat karena durian termasuk salah satu buah yang sulit ditaklukkan, karena bertentangan juga dengan kondisi alam,” ungkap Reza.

“Jadi, seperti di Bogor ini, di Sukaraja. Kita lihat di sini, kita tes buahnya, memang ini adalah suatu daerah yang agroklimatnya cocok untuk durian,” sambung Reza.

Dahulu, di Sukaraja terdapat durian lokal yang terkenal enak, yaitu durian Sukaraja dan durian Parung. Kini hanya tersisa dua pohon jenis durian tersebut yang sudah berumur mendekati seratus tahun.

Reza mengatakan, lebih mudah membudidayakan durian di daerah asalnya dibanding harus membawa ke lokasi lain. Pasalnya, membutuhkan cara bertanam yang lebih hati-hati dan investasi modal awalnya cukup besar.

“Saya dan Yayasan Durian Nusantara bertugas untuk mencari durian unggulan di setiap daerah, di setiap sentra produksi. Jadi boleh dikata, setiap kabupaten itu mempunyai keunggulan masing-masing. Pasti ada durian yang dijagokan. Dan, kalau itu ketemu kemudian dikebunkan, maka akan lebih mudah memeliharanya karena sudah beradaptasi di daerah asalnya,” jelas Reza.

Menurut Reza, durian premium hanya bisa dihasilkan dari kebun yang jelas karena kebun tersebut menggunakan varietas yang jelas, dibudidayakan secara intensif sehingga kualitasnya akan berbeda dengan durian biasa.