Pertanianku — Antibiotik biasanya digunakan untuk memerangi penyakit karena ulah mikroba patogen. Penggunaan antibiotik kimia haruslah dengan resep dokter karena penggunaan secara berlebihan dapat menyebabkan resistensi bakteri dan menekan antibodi alami dari tubuh. Untuk itu, mari berkenalan dengan antibiotik dari alam.
Untuk mengurangi risiko berbahaya, maka disarankan mengonsumsi herbal yang fungsinya sama dengan antibiotik. Sebab, menurut Maria Anjarwati, herbalis dari Kelapa Gading, Jakarta Utara, penggunaan herbal yang mempunyai khasiat antibiotik lebih aman dibanding antibiotik kimia. Ia mengatakan, herbal antibiotik menjaga populasi bakteri diambang aman dan tanpa memicu resistensi.
Nah, untuk mengatasi masalah gangguan bakteri, Maria menyarankan konsumsi kunyit. Pasalnya, kandungan kurkumin yang menyebabkan warna kuning itu mampu membunuh bakteri. Ia menyarankan 2 sendok makan kunyit instan dalam segelas air hangat dan diminum 2—3 kali sehari.
Tidak hanya mengendalikan populasi bakteri dalam tubuh, rimpang curcuma domestika itu juga meningkatkan kemampuan sistem imun menangkal infeksi bakteri dari luar.
Sementara itu, untuk meningkatkan khasiatnya, dr. Prapti Utami, seorang dokter dan herbalis dari Bintaro menyarankan mengonsumsi kunyit dengan lada. “Lada meningkatkan keterserapan kunyit sehingga meningkatkan kinerjanya,” ujarnya dikutip dari Majalah Trubus.
Selain kunyit, dr. Prapti juga menyarankan sambiloto untuk dijadikan antibiotik dari alam. Kandungan andrografoid sambiloto dapat meningkatkan kemampuan fagositosis sel darah putih limfost. Yang mana limfosit merupakan komponen utama sistem imun tubuh.
Ekstrak sambiloto meningkatkan daya tahan terhadap infeksi Staphylococcus aureus, Salmonella thyphl, Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Shigella dysentrieae, dan Escherichia coli.
Dalam kondisi normal, kehadiran bakteri-bakteri tersebut tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan pada saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Gangguan metabolisme akibat kurang istirahat, terlambat makan, konsumsi makan yang tidak sehat, atau gangguan psikis dapat mengubah keseimbangan itu.