Masyarakat Diminta Tenang, Kementan Pastikan Kenaikan Harga Cabai Hanya Sementara

Pertanianku — Cabai masih menjadi komoditas pertanian yang sering bergejolak. Harga cabai masih sangat fluktuatif, terkadang tinggi, kadang juga rendah. Kondisi tersebut paling sering disebabkan oleh faktor cuaca. Hal ini karena budidaya cabai masih bergantung pada kondisi musim yang tengah berlangsung.

harga cabai
foto: Pertanianku

Selain itu, harga jual cabai juga bergantung pada kondisi komoditas, padahal daya tahan cabai tidak begitu lama, hanya sekitar tiga hari setelah dipanen. Semakin rendah kualitas cabai yang dijual, semakin rendah pula harga cabai.

Berdasarkan data yang diambil dari Sistem Informasi Pemasaran Hortikultura, harga komoditas cabai merah keriting masih terbilang cukup terkendali. Beberapa waktu lalu memang sempat mengalami peningkatan pada Desember 2020 hingga pertengahan Januari 2021.

Namun, saat ini harga cabai sudah beranjak turun. Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menjelaskan bahwa kondisi kenaikan tersebut hanya sementara sehingga masyarakat diharapkan untuk tetap tenang.

“Angka kebutuhan cabai rawit pada Februari 70.005 ton, sementara prognosa diperkirakan 89.717 ton. Ini artinya terjadi surplus yang kemungkinan besar harga akan kembali normal,” papar Prihasto seperti dikutip dari laman pertanian.go.id.

Meskipun terbilang cukup tinggi, pengamat ekonomi tidak menyarankan pemerintah untuk intervensi kenaikan harga pada komoditas cabai. Hal ini berguna untuk memperbaiki Nilai Tukar Petani (NTP) yang terus merosot selama masa pandemi.

Ditjen Hortikultura sudah mengembangkan fasilitas rantai pendingin, mulai dari bangsal pascapanen, revitalisasi subterminal agribisnis, bantuan cold storage, hingga truk pendingin untuk mengatasi penurunan karakteristik cabai yang menjadi salah satu penyebab harga bergejolak.

Kementerian Pertanian memastikan, kenaikan harga komoditas ini hanya berlangsung  sementara. Kementan tengah berusaha merancang program dan kegiatan yang berpihak kepada petani, hulu hingga hilir. Mulai dari pendampingan selama proses budidaya hingga proses pascapanen.

Kementan juga sudah menyediakan fasilitas berupa Early Warning System (EWS) yang bisa memberikan acuan untuk pola tanam agar hasil panen tidak over produksi. Data EWS yang dihimpun berasal dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia sehingga data yang disajikan merupakan data langsung dari tingkat kecamatan.