Pertanianku — Bertanam hidroponik bisa dilakukan untuk jenis tanaman apa pun, termasuk tanaman tomat yang sering Anda gunakan sebagai bahan masakan. Menanam tomat hidroponik tidak begitu sulit. Anda hanya perlu mengganti media tanam tanah yang biasanya digunakan dengan beberapa jenis media tanam lainnya, seperti sekam padi, pasir kali, kerikil, dan zeolite.

Sebelum menggunakannya sebagai media tanam, Anda perlu mengenal karakteristik masing-masing media tanam. Berikut ini penjelasan lebih lengkap mengenai media tanam untuk menanam tomat hidroponik.
Sekam padi
Sekam padi yang digunakan harus dalam keadaan steril. Sekam dapat disterilkan dengan cara membakarnya di atas tungku pembakaran. Setelah itu, siram dengan air bersih sebelum sekam menjadi abu. Hasil pembakaran tersebut berupa arang sekam yang porous dan steril. Arang sekam hanya dapat dipakai untuk satu musim tanam. Setelah panen selesai, media dibuang atau dijadikan kompos.
Pasir kali
Pasir kali yang digunakan harus dalam keadaan steril. Pasir tersebut harus dicuci terlebih dahulu dengan air untuk menghilangkan kotoran, seperti serpihan kayu, pecahan kaca, dan daun kering. Pencucian dilakukan dengan merendam bahan ke dalam bak dan diaduk dengan sekop. Bila endapan lumpur telah habis dan air rendaman sudah tampak jernih, pencucian dihentikan. Pasir yang sudah bersih ini telah siap digunakan.
Zeolit
Media tanam ini memang belum terlalu lama dikembangkan di Indonesia. Media tanam ini memiliki keunggulan, yakni membuat tanaman berbuah lebih awal dan meningkatkan hasil tanaman sayur menjadi 30–60 persen lebih banyak dari biasanya. Keunggulan lain zeolit yang perlu Anda ketahui adalah bisa digunakan berulang-ulang.
Zeolit tergolong mineral aluminosilikat terhidrat yang mengandung kation alkali tanah terutama Na, K, dan Ca. Rongga kerangka aluminosilikat itu berisi air dan kation. Jika zeolit dipanaskan pada suhu 300°C selama beberapa jam, akan mengakibatkan molekul air keluar dari rongga dan zeolit dapat berfungsi sebagai penyerap kation yang efektif.