Melihat Fakta Menarik Burung Elang Jawa

Pertanianku – Burung elang jawa (Javan Hawk-Eagle) merupakan hewan endemik asli Indonesia. Burung ini masih masuk dalam kerabat spesies elang yang ada di seluruh dunia. Namun, untuk burung jenis ini memang sangat spesial dibanding jenis lainnya.

melihat-fakta-menarik-burung-elang-jawa

Ada beberapa fakta yang membuat elang jawa ini sangat istimewa. Berikut beberapa fakta menarik burung elang jawa.

Burung elang kerap disebut sebagai “Garuda”

Seperti yang kita tahu, garuda adalah sosok mitologi yang mempunyai wujud manusia berkepala burung dan bersayap. Tentu tidak mungkin melihat sosok asli dari lambang negara kita ini.

Namun, jika Anda memerhatikan sosok burung berjambul yang biasa dipajang menjadi hiasan ruangan (kelas, kantor pemerintah, dan lainnya), wujudnya sangat mirip dengan elang jawa yang juga berjambul. Oleh karena itu, para pengamat burung sering menyebutnya “garuda”.

Bentuk dan ciri

Elang jawa dewasa mempunyai bentuk tubuh sedang, tegap, dan berbulu lebat. Ukuran maksimalnya dapat mencapai 60 cm, dengan ciri khas jambulnya yang menjulang ke atas dan berwarna hitam.

Bulu punggungnya gelap, bulu sisi kepala cokelat kemerahan, dan coretan vertikal di tenggorokan. Pada bagian dada ada garis horisontal hitam berlatar putih. Elang jawa terbang dengan membulatkan sayapnya.

Habitat burung elang jawa

Berdasarkan peta persebaran fauna di Indonesia, elang jawa hanya bisa ditemukan di habitat aslinya, yakni Pulau Jawa. Kecuali, ada beberapa yang ditangkarkan di penangkaran atau taman safari nasional. Elang jawa sangat menyukai habitat hutan pegunungan, perbukitan, dan dataran tinggi sampai 3.000 mdpl.

Burung ini memangsa hewan kecil seperti musang, tikus, ayam hutan, atau kadal. Biasanya elang jawa mengintai mangsanya dari tajuk pohon yang tinggi sebelum menukik mencengkeram mangsanya.

Cara bereproduksi

Elang jawa hidup dengan cara berpasangan dan bereproduksi saat masuk usia 3—4 tahun. Selain itu, elang jawa juga termasuk hewan monogami, yakni hanya hidup dengan satu pasangan seumur hidupnya.

Musim kawin dari elang jawa berkisar antara Mei—September dan bersarang aktif dari Januari sampai Juni. Faktanya elang jawa bisa bereproduksi sepanjang tahun, tetapi tidak semuanya bisa menetas. Sebab, telurnya bisa juga dimangsa hewan lain atau sengaja diambil manusia.

Ancaman kepunahan

Elang jawa mengalami ancaman kepunahan bukan karena kerusakan ekosistem. Namun, karena faktor perburuan telur dan indukan. Oleh karena itu, tingkat kepunahan elang jawa sangat terancam. Meski biasanya sarangnya terpisah dari pohon lain dan terletak di ketinggian 40—50 meter, masih saja ada yang memburunya.

Selain faktor tersebut, masa penetasan telur elang jawa juga tergolong sangat lama. Telur baru menetas di hari ke 40—50 setelah dierami. Tingkat jumlah telur yang diproduksi per tahun juga cukup rendah, yakni hanya satu butir per 2—3 tahun.