Pertanianku — Menjadi seorang Kepala Desa di Salo, Riau, seperti tidak membuat Nurzali menikmati jabatannya. Ia bahkan memiliki usaha sampingan di bidang perikanan yang fokus pada budidaya ikan patin dan nila. Dalam sebulan ia bisa meraup keuntungan bersih sekitar Rp4 juta.
Hingga sekarang Nurzali masih terus mengembangkan usaha berupa budidaya ikan di lahan miliknya dengan hasil memuaskan. Kini, ia sudah membeli lahan kosong seluas 2 hektare senilai Rp30 juta untuk pengembangan kolamnya.
“Banyak keuntungan yang didapat kalau semua elemen masyarakat mampu bersinergi dan mau bekerja keras mengikuti program pemerintah ini dengan benar termasuk melakukan budidaya perikanan,” ujarnya.
“Kalau dana yang diberikan pemerintah memang dipakai sepenuhnya untuk tujuan yang dimaksud, pasti berhasil, saya sudah merasakannya dan tidak sia-sia bupati membantu masyarakat. Bupati memang tegas dan itu benar,“ tambahnya.
Nurzali mencontohkan usaha kolam ikan dengan modal pembelian bibit Rp175 per ekor, dijual dengan harga Rp15.000 per kg. Begitu juga dengan bibit ikan patin, Rp160 per ekor, dapat menghasilkan uang Rp17—Rp25 juta setiap kali panen.
Kebutuhan pakan usaha Nurzali ini sebanyak 6 sak per bulan. Satu sak berisi 10 kg yang sebelumnya dibeli Rp90.000, sekarang Rp120.000. Untuk umur 2 bulan ke atas, Nurzali menghabiskan 15 sak selama dua bulan per sak Rp325.000 isi 50 kg. Adapun pelet besar untuk umur 5 bulan dibutuhkan sebanyak 10 sak sampai 12 sak, per sak Rp310.000, isi 50 kg dan setelah itu baru bisa dipanen.
“Pada saat usaha ikan pertama, saya mendapatkan untung sebesar Rp8 juta dalam waktu tiga bulan yang berarti ada tambahan gaji di luar gaji sebagai Kepala Desa Rp1 juta per bulan dan sekarang sudah mencapai Rp4 juta,” tuturnya.
Untuk pemasaran Nurzali sudah memiliki pelanggan sendiri yang datang ke kolam ikannya sehingga ia tidak repot lagi untuk menjual hasil panen ikan ke pasaran.