Pertanianku — Program Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) bawang putih di Desa Nglebak, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, mulai dipanen. Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Dr. Muhammad Prama Yufdy, mengatakan, hasil dari kegiatan RPIK bawang putih menjadi bukti bahwa Indonesia mampu menghasilkan produksi bawang putih yang berukuran besar.

“Dengan teknologi yang dirakit oleh Balitbangtan, kita mampu menghasilkan bawang putih dengan umbi besar yang tidak kalah kualitasnya dengan produk impor,” ujar Prama seperti dikutip dari laman litbang.pertanian.go.id.
Selain berukuran besar, bawang putih yang dihasilkan juga memiliki rasa yang lebih kuat dibanding bawang putih impor. Tentu saja hal ini menjadi kabar baik agar Indonesia bisa mengurangi volume ekspor bawang putih.
Selama ini produksi bawang putih di Indonesia masih berhadapan dengan tantangan kualitas hasil panen dan tingginya biaya produksi. Hal ini karena bawang putih lokal terkenal memiliki produktivitas yang rendah, bersiung dan berumbi kecil, sulit dikupas sehingga kurang diminati konsumen, performa secara fisik kurang bagus, efisiensi produksi rendah, harga jual relatif rendah, serta kurang mampu bersaing di pasar.
Oleh karena itu, kegiatan RPIK bawang putih bertujuan mendapatkan produk bawang putih berukuran besar atau produktivitas lebih dari 20 ton per hektare. RPIK di Desa Ngeblak Tawangmangu menggunakan teknik produksi lipat ganda (proliga) super. Teknik produksi tersebut melakukan perbaikan varietas unggul bawang putih dataran tinggi dan menengah dengan perlakuan hormon pengatur tumbuh, pengaturan mulsa tanah, dan teknik perbanyakan benih nonkonvensional.
Program RPIK bawang putih yang dikembangkan di Tawangmangu menggunakan dua varietas unggul bawang putih, yaitu Tawangmangu Baru dan Lumbu Hijau.
Sekretaris Balitbangtan, Dr. Haris Syahbuddin, mengungkapkan, kegiatan RPIK Balitbangtan ini sudah dikembangkan di 36 lokasi. RPIK tersebut diharapkan mampu tumbuh dan berkembang serta diminati masyarakat sehingga bisa terus berlanjut.
Menurun Haris, semua teknologi yang sudah dihasilkan oleh Balitbangan perlu dihilirkan setelah menghasilkan produksi yang baik.
“Hanya saja saat ini yang perlu kita pikirkan bersama, yakni bagaimana pasar dalam negeri dapat terbangun dengan baik sehingga harapannya, terutama bagi ibu-ibu rumah tangga dapat memanfaatkan produk bawang putih dalam negeri ini untuk keperluan sehari-hari karena memiliki rasa lima kali lebih kuat dibanding produk impor,” papar Haris.