Pertanianku – Tanaman adas (Foenicullum vulgare) merupakan terna semusim. Adas berasal dari Eropa Selatan dan Asia. Tanaman ini dapat ditanam pada dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 10—2.500 m dpl. Di Pulau Jawa, adas ditanam di daerah pegunungan pada ketinggian 1.600—2.400 m dpl. Adas dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 10—2.500 m dpl.
Adas memerlukan cuaca sejuk dan cerah untuk menunjang pertumbuhannya dengan curah hujan sekitar 2.500 mm/tahun. Adas banyak ditemukan di tepi sungai, tepi danau, atau tanggul daerah pembuangan. Adas merupakan tanaman khas di pelung sungai. Tanaman tumbuh baik pada tanah berlempung, tanah yang cukup subur dan berdrainase baik, tanah berpasir dan liat berpasir yang berkapur dengan pH 4,80—8,50.
Produk utama adas berupa minyak asiri. Adapun komponen utama yang penting dari minyak tersebut yaitu anethol yang terkandung sekitar 70% dalam minyak bijinya. Setidaknya, terdapat tiga jenis adas yang dikenal oleh masyarakat, yaitu adas hitam, adas manis, dan adas putih. Ketiga jenis tersebut dapat diambil minyak asirinya untuk kepentingan industri.
- Bahan baku
Bagian tanaman adas yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak asiri adalah bijinya. Berdasarkan penelitian, biji yang terletak dekat dengan bagian tengah payung bunganya memiliki kandungan minyak asiri paling besar dan memiliki aroma lebih tajam dibandingkan dengan biji dari bagian lain.
- Persiapan bahan baku
Hasil panen adas selanjutnya dikeringkan di bawah sinar matahari. Oleh sebab kecilnya biji adas, penjemuran sebaiknya dilakukan di wadah berupa terpal plastik. Pengeringan dilakukan hingga kadar air yang tersisa berkisar 10—15%. Jika cuaca mendung, pengeringan dapat dilakukan dengan bantuan mesin pengering atau oven. Setelah kering, biji adas siap untuk disuling.
- Proses pembuatan minyak
Untuk membuat minyak adas, proses yang tepat dilakukan adalah penyulingan. Proses penyulingan diawali dengan memasukkan air terlebih dahulu hingga batas yang diinginkan. Pada water and steam distillation, air dimasukkan hingga mendekati batas sarangan. Selanjutnya, masukkan bahan ke dalam ketel suling. Oleh sebab ukuran biji yang kecil, sarangan perlu dialasi dengan kain agar biji tidak banyak yang lolos ke bagian bawah ketel.
Sebelum proses penyulingan dimulai, pastikan bahwa semua sambungan, lubang inlet maupun outlet telah tertutup rapat. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari kebocoran yang berakibat keluarnya semburan liar uap dan terbuangnya uap asiri. Selanjutnya, pastikan bahwa air dalam kondensor telah tersedia dalam jumlah yang diperlukan. Ketersediaan air ini penting untuk memerlancar proses kondensasi.
Setelah semua instalasi dipastikan aman dan bekerja dengan baik, nyalakan api hingga suhu dan tekanan mencapai ukuran yang diinginkan. Segera setelah air mendidih, minyak sudah dapat terlihat pada tabung pemisah. Adapun lama penyulingan sangat tergantung dari banyaknya bahan dan kapasitas ketel. Namun, cara mudah untuk mengetahui akhir dari proses penyulingan yaitu tidak keluarnya minyak yang dapat dilihat pada tabung pemisah (florentine flask).
Minyak yang keluar segera ditampung dalam wadah penampung dengan membuka keran pada tabung pemisah. Konstruksi wadah penampung hendaknya dapat menghindari penguapan yang lebih banyak, misalnya menggunakan botol dengan mulut yang kecil. Selain itu, usahakan agar suhu pada wadah penampung antara 20—25o C untuk menghindari penguapan.
Sumber: Buku Memproduksi 15 Minyak Asiri Berkualitas