Pertanianku – Tanaman temulawak (Curcuma xanthorizza) banyak ditemukan di hutan-hutan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama pada tanah gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Temulawak termasuk jenis tumbuhtumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daunnya lebar dan pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun yang agak panjang.
Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua. Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat. Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Daerah tumbuhnya selain di dataran rendah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1.500 meter di atas permukaan laut.
- Bahan baku
Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan baku yaitu rimpang. Umumnya, rimpang temulawak diambil dari tanaman tua yang dicirikan dengan mengeringnya tanaman dan rimpang berwarna kuning kecokelatan. Tanaman tua yang siap dipanen ini berumur antara 9—10 bulan.
- Persiapan bahan baku
Rimpang yang telah dipanen dicuci hingga bersih. Selanjutnya, rimpang dipotong tipis dengan ketebalan berkisar 3 mm. Potonganrimpang tersebut kemudian dikeringkan hingga kadar air yang tersisa di dalamnya 10—15%. Pengeringan dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari langsung. Jika cuaca mendung, pengeringan dapat dilakukan dengan cara pengovenan. Setelah kering, bahan baku digiling dan diayak. Adapun ukuran kehalusan bahan antara 0,1—0,3 cm. Agar tidak banyak bahan yang jatuh ke bagian bawah sarangan ketel suling, tempatkan kain tipis di bagian sarangan sebagai penahan.
- Proses pembuatan minyak
Pembuatan minyak temulawak dilakukan dengan cara penyulingan. Proses penyulingan diawali dengan memasukkan air terlebih dahulu hingga batas yang diinginkan. Pada water and steam distillation, air dimasukkan hingga mendekati batas sarangan. Selanjutnya, masukkan bahan ke dalam ketel suling.
Sebelum proses penyulingan dimulai, pastikan bahwa semua sambungan, lubang inlet maupun outlet telah tertutup rapat. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari kebocoran yang berakibat keluarnya semburan liar uap dan terbuangnya uap asiri. Selanjutnya, pastikan bahwa air dalam kondensor telah tersedia dalam jumlah yang diperlukan. Ketersediaan air ini penting untuk memerlancar proses kondensasi.
Setelah semua instalasi dipastikan aman dan bekerja dengan baik, nyalakan api hingga suhu dan tekanan mencapai ukuran yang diinginkan. Segera setelah air mendidih, minyak sudah dapat terlihat pada tabung pemisah. Adapun lama penyulingan sangat tergantung dari banyaknya bahan dan kapasitas ketel. Namun, cara mudah untuk mengetahui akhir dari proses penyulingan yaitu tidak keluarnya minyak yang dapat dilihat pada tabung pemisah (florentine flask).
Minyak yang keluar ditampung dalam wadah penampung dengan membuka keran pada tabung pemisah. Konstruksi wadah penampung hendaknya dapat menghindari penguapan yang lebih banyak, misalnya menggunakan botol dengan mulut yang kecil. Selain itu, usahakan agar suhu pada wadah penampung antara 20—25o C untuk menghindari penguapan.
Sumber: Buku Memproduksi 15 Minyak Asiri Berkualitas