Pertanianku – Bagaimana bisa limbah sampah organik dijadikan pakan ikan? Seorang pria bersama Kelompok Tani Bina Tenaga Inti Rakyat (BTIR), Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, ini berhasil membuktikan membuat inovasi dengan mengolah limbah sampah organik dengan mesin sederhana menjadi sebuah pakan ikan.
Menurut Ketua Kelompok Tani BTIR, Rudi Morudi, sampah menjadi persoalan serius jika dibiarkan begitu saja. Bahkan, sampah-sampah yang terdapat di Depok setiap harinya berton-ton. Oleh sebab itu, Rudi, biasa ia disapa, memiliki ide untuk mengurangi volume sampah yang ada di Depok. Bahkan, dari sampah ia dapat meraup pundi-pundi rupiah.
Rudi membuat pakan ikan dari sampah organik yang bernilai jual. Bersama dengan Kelompok Tani BTIR ia memproduksi pupuk kompos, pupuk cair, dan pakan ikan dari pemanfaatan limbah sisa makanan, minuman, dan lainnya.
Rudi berharap metode ini dapat diaplikasikan di daerah lainnya. Dengan demikian, volume sampah bisa ditekan lewat pengolahan yang produktif. Tak cuma itu, dampak positif lainnya adalah bisa menjadi peluang usaha dan menyerap tenaga kerja.
Untuk mengolah sampah makanan menjadi pakan ternak, Rudi menjelaskan, terlebih dahulu sampah makanan dipilah dari bahan anorganik seperti plastik, kertas, dan sejenisnya.
Selanjutnya, bahan baku yang telah dipilah dimasukkan dalam wadah karung dan diberikan cairan probiotik untuk difermentasi selama satu minggu. Selesai difermentasi dan penirisan air serta minyak lewat wadah karung, bahan baku dihancurkan dan dicampur menggunakan mesin penggiling daging.
Dari hasil penggilingan tersebut, bahan baku dijemur agar kadar air berkurang dan mudah dihaluskan dengan mesin diskmill atau mesin pembuat tepung serba guna. Tahap berikutnya, bahan berupa pakan yang sudah berbentuk tepungan ini kemudian diaduk lagi menggunakan mesin mixer. Pencampuran disesuaikan dengan perbandingan bahan baku yang mengandung protein, kabrohidrat, dan unsur lainnya.
Menurut Rudi, pencetakan bahan baku menggunakan mesin sederhana, baik mesin vertikal maupun horizontal akan menghasilkan pakan tenggelam. Setelah dicetak dan ditempatkan dalam wadah, bahan pakan dijemur.
Tujuan penjemuran untuk mengurangi kadar air sehingga pakan mencapai tingkat kekeringan tertentu, yakni berkadar air berkisar 10%. Selanjutnya, pakan didinginkan sekitar satu sampai dua jam dan lakukan penimbangan sesuai kebutuhan dalam karung bersih.
Pakan ternak buatan Kelompok Tani BTIR ini tanpa tambahan vitamin dan konsentrat sebagai perangsang pertumbuhan. Maklum, semua bahan bakunya organik. Meski dari bahan baku limbah makanan, Rudi mengklaim aman. Sebab, sudah diteliti oleh ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Di dalam pelet yang diproduksinya terdapat kandungan protein sekitar 30%. Selain itu, tidak ditemukan unsur merkuri, boraks, formalin, atau zat berbahaya lainnya bagi kesehatan.
Adapun untuk membuat cairan probiotik, Rudi juga memanfaatkan limbah minuman kemasan. Pembuatan probiotik dengan metode mikroorganisme lokal (MOL). MOL ini dibuat dengan memanfaatkan sampah segala jenis buah-buahan, kecap, minuman sari buah, susu, dan yoghurt yang sudah kedaluwarsa.
Semua bahan MOL ini dicampur dan ditampung dalam wadah khusus kemudian difermentasi selama 21 hari agar menjadi probiotik cair.