Menakjubkan, Kini Kita Bisa Berkebun di Tempat Tak Biasa

Pertanianku – Seiring berkembangnya teknologi dan beragam inovasi yang dilakukan oleh para ahli, kini bermunculan ide-ide mengambangkan lahan pertanian di tempat yang mungkin tak terpikirkan sebelumnya. Jika mendengar kawasan Alaska, apa yang akan Anda pikirkan pertama kali? Pasti yang terbayang adalah salju, es, dan rumah-rumah suku eskimo bukan?

Foto: pexels

Adalah suatu kemustahilan melihat keindahan kebun bunga dan hijaunya lading sayuran di hamparan salju Alaska. Tidak mungkin orang dapat bercocok tanam di sana. Iklim yang ekstrem, musim dingin yang panjang, dan tanah yang dingin membeku memang merupakan alasan yang cukup masuk akal untuk tidak bercocok tanam di sana.

Sebagai informasi, orang Alaska memiliki hobi yang unik dan tergila-gila dengan kegiatan berkebun. Faktanya, di Alaska terdapat kubis yang beratnya mencapat 43 kilogram, buah arbei bisa sebesar cangkir teh, lobak juga besarnya tidak kurang dari sebuah bola basket. Bunga begonia bisa tumbuh mencapai 3 kaki (sekitar 91,5 cm) dan keranjang-keranjang fuchsia seberat 22 kg.

Luas wilayah negara bagian ke-49 Amerika Serikat ini lumayan juga, yaitu sekitar 946.096 km persegi dengan perbedaan iklim yang besar. Tidak seluruh bagian negeri ini ditimbuni es dan salju.

Ada beberapa tempat yang beriklim lebih nyaman, yang terbentang dari selatan ke utara sepanjang lebih kurang 424 km. Daerah ini dikenal sebagai daerah jalur kereta api dan dua per tiga penduduknya tinggal serta giat berkebun atau berladang di daerah ini.

Yang dimaksud dengan “iklim yang lebih nyaman” itu tentu saja menurut ukuran orang Alaska. Fairbanks, terminal kereta api terakhir yang terletak di bagian utara jalur itu, bersuhu rata-rata sekitar 15° C di bawah nol selama musim dingin.

Dan, jatah waktu siang hari pada musim dingin ini tidak lebih dari 4 jam. Meskipun begitu, rentang masa tanam di Fairbanks lebih lama, yaitu 100 hari, ketimbang di lereng Kutub Utara yang hanya 60 hari.

Bagi penduduk setempat, Fairbanks dijuluki juga sebagai “The Land of the Midnight Sun”, atau “Daerah yang Diterangi Matahari di Tengah Malam”, karena matahari di daerah ini memang akan tetap bertengger di langit meski sudah lewat tengah malam. Dan, pada 21 Juni, siang hari berlangsung 23 jam lamanya. Sementara, pada musim panas, suhu dapat melonjak hingga sekitar 26° C. Nah, ketika musim panas ini mereka akan berkebun.

Meskipun berkebun di Alaska tampaknya mengundang minat, sesungguhnya dalam praktiknya tidaklah mudah. Banyak masalah yang memerlukan penanganan khusus, terutama dalam hal teknik bercocok tanam seperti masa tanam yang singkat, kondisi tanah yang beku dan dingin, suhu malam hari yang rendah, atau justru sebaliknya, intensitas sinar matahari yang kuat meski pada tengah malam. Karena itu, hanya tanaman pilihan yang dapat hidup dalam kondisi serupa ini.

Selama masa tanam, balai pembibitan milik negara akan menanam banyak bibit bunga anual (maksudnya tanaman bunga yang hidup hanya dalam satu musim berbunga) dan sayur-sayuran yang kemudian dijual ke masyarakat pada akhir bulan Mei dan awal bulan Juni. Untuk tanah yang dingin, batas daya tahan hidup tanaman tidak lebih dari kedalaman 45 cm.

Terdapat beberapa teknik yang diterapkan orang Alaska untuk meningkatkan suhu tanah. Di antaranya dengan meninggikan tanah, menanam tanaman dalam keranjang yang digantung, atau menyiram kebun dan halaman dengan air panas. Sungkup pelindung, cold frame, atau greenhouse yang terbuat dari plastik amat jarang mereka gunakan.

Sebagai gantinya, mereka membuat pagar dari lembaran plastik tembus pandang di sekeliling kebun untuk mengalihkan hembusan angin yang dingin. Hal tersebut dibuktikan bahwa plastik tembus pandang dapat meningkatkan suhu tanah lebih tinggi.