Pertanianku — Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, mengingatkan kita akan hasil industrinya yang khas, yakni batik Pekalongan. Selain itu, daerah ini juga ternyata kaya akan potensi tanaman buah yang hampir setiap sudutnya ditanami berbagai jenis tanaman buah, salah satunya durian boyo pekalongan.

“Durian boyo merupakan salah satu komoditas buah unggulan. Varietas khas daerah ini menjadi kebanggaan masyarakat karena telah berhasil memenangkan kontes durian di Kabupaten Pekalongan 2014 lalu,” kata penyuluh pertanian Kabupaten Pekalongan, Imam Fadholi.
Imam menjelaskan, keunggulan durian boyo di antaranya memiliki postur besar yang mampu mencapai 5—6 kg per butir. Durian berwarna kuning ini memiliki daging tebal, rasa manis, legit, enak, wanginya harum serta kulitnya tidak mudah merekah.
“Keunggulan lain yakni ketahanannya. Mampu terjaga kualitasnya meski telah jatuh selama 3 hari. Ini memudahkan pengiriman ke luar kota,” ujar Imam.
Penyuluh pertanian di Kabupaten Pekalongan, Yasin Yusuf menjelaskan, durian boyo pernah menjadi pemenang kontes durian di Kabupaten Pekalongan beberapa waktu lalu. Dinas Pertanian Kabupaten Pekalongan kemudian mengusulkan durian lokal ini untuk mendapat sertifikat nasional. Saat ini durian boyo telah resmi bersertifikat sebagai Durian Unggulan Kabupaten Pekalongan dari Kementerian Pertanian.
“Kami banyak kedatangan para penggemar durian termasuk para peneliti dari Balai Benih Semarang dan Kementerian Pertanian. Selama dua musim durian, mereka sengaja datang ke kebun untuk mendapatkan informasi lebih detail mengenai ciri fisik, mutu, daya tahan matang pohon, daya tahan buah dan pemeraman. Termasuk rencana pengembangan durian boyo,” tutur Yasin.
Masa panen durian boyo dimulai Januari sampai Maret, berlokasi di Dukuh Doromantek, Desa Dororejo, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan. Pada saat panen raya, durian tersebut dapat menghasilkan 600 sampai dengan 1.000 butir per pohon. Dengan harga Rp50 ribu per buah untuk ukuran sedang dan Rp60 ribu hingga Rp150 ribu per buah untuk ukuran besar membantu meningkatkan pendapatan petani.
“Bila satu pohonnya rata-rata menghasilkan 800 buah maka dengan ukuran yang paling kecil pun kami bisa mengantongi uang sebesar Rp40 juta per pohon. Di samping untuk memenuhi permintaan para penggemar durian yang sengaja datang ke kebun, durian boyo banyak dijual ke pasar Pekalongan, Semarang, Bandung dan Jakarta,” ungkap Yasin.
Direktur Buah & Florikultura, Ditjen Hortikultura, Sarwo Edhy menambahkan, untuk meningkatkan produksi dan mutu durian, Ditjen Hortikultura memberikan dukungan fasilitasi pengembangan durian lokal berdaya saing di wilayah sentra dengan model pengembangan kawasan.
“Selain itu, kami juga memberikan bimbingan dan pendampingan teknis kepada para petani juga kelompok tani agar durian yang dikembangkan sesuai dengan kaidah SOP/GAP sehingga bisa menghasilkan buah sesuai dengan permintaan pasar baik dari segi mutu maupun jumlahnya,” tutup Sarwo.