Pertanianku – Teknik bercocok tanam secara hidroponik memang telah menjadi gaya hidup bagi sebagian masyarakat yang tinggal di perkotaan. Hidroponik sendiri dirasa lebih efektif karena hanya memanfaatkan air dan tanpa menggunakan media tanam sekalipun.
Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan untuk skala usaha komersial harus diperhatikan. Sebagai contoh jenis tanaman yang mempunyai nilai jual di atas rata-rata seperti paprika, tomat, cabai, timun jepang, melon, terong jepang, selada, dan masih banyak lainnya.
Fertigasi adalah teknik aplikasi unsur hara melalui sistem irigasi. Fertigasi sendiri merupakan singkatan dari fertilisasi (pemupukan) dan irigasi. Dengan teknik fertigasi, biaya tenaga kerja untuk pemupukan dapat dikurangi karena pupuk diberikan bersamaan dengan penyiraman. Keuntungan lain adalah peningkatan efisiensi penggunaan unsur hara karena pupuk diberikan dalam jumlah sedikit tetapi kontinyu; serta mengurangi kehilangan unsur hara (khususnya nitrogen) akibat ‘leaching’ atau pencucian dan denitrifikasi (kehilangan nitrogen akibat perubahan menjadi gas).
Fertigation atau fertigasi, yaitu budidaya tanaman di dalam kantong plastik atau polybag. Pada sistem ini media yang digunakan adalah sekam atau serbuk sabut kelapa (cocopeat) ditambah kerikil pasir dengan perbandingan 1 : 1. Untuk daerah panas atau musim kemarau, dianjurkan 2 : 1 (2 cocopeat/sekam; 1 kerikil pasir). Sekam atau cocopeat dapat menyimpan nutrisi/pupuk dan air, sedangkan kerikil pasir kurang begitu bisa menyimpan air tapi dibutuhkan untuk perakaran agar lebih kokoh menopang pertumbuhan kalau sudah berbuah. Disamping itu, penambahan kerikil pasir agar media tanam tidak terlalu lembap atau basah jika musim penghujan.
Jika dibudidayakan secara komersial dan dikelola dengan baik, potensi hasil tanaman dengan sistem hidroponik fertigasi dapat menghasilkan panen yang cukup menjanjikan bukan?