Pertanianku – Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengungkapkan bahwa salah satu kopi Papua memiliki potensi yang besar baik sebagai industri lokal maupun untuk menjadi salah satu komoditas ekspor.
Sebagaimana dilansir Okezone (13/6), “Industri lokal itu termasuk kopi, saya kira salah satu tujuan khusus kunjungan kerja ini adalah terkait kopi. Tim Kementerian Perdagangan mengidentifikasi (kopi) sebagai suatu potensi besar,” kata Thomas, di Jayapura, Provinsi Papua.
Tom sapaan akrabnya mengatakan, kelebihan kopi Papua memiliki keunggulan dari cita rasanya dikarenakan kopi jenis arabika yang ditanam di dataran tinggi memiliki aroma lebih manis dibandingkan dengan kopi arabika lainnya, dan tidak banyak wilayah di Indonesia yang memiliki keunggulan tersebut.
“Saya juga belajar banyak dari pelaku usaha, bahwa kopi arabika itu semakin tinggi untuk ketinggian tanamnya itu semakin manis aromanya. Kelihatannya tidak banyak wilayah di Indonesia yang seoptimal itu, cuma Papua yang paling optimal dan tinggal membangun pembinaan petani dan pengolahannya,” ungkap Tom.
Tom menjelaskan, saat ini khususnya di Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua, masih membutuhkan pembinaan dan juga investasi dalam sarana prasarana, permesinan dan juga peralatan kemasan.
“Saya di pusat kopi Dogiyai, diberi tahu oleh salah seorang pembina bahwa mesin yang dipergunakan disumbang oleh Jepang pada 1975, jadi mungkin perlu sedikit investasi. Memang harus ujung ke ujung, dan mungkin pasar juga bisa berperan,” jelas Tom.
Menurut Tom, nantinya bisa dilakukan skema terpadu seperti disediakan tempat pengumpulan, pengeringan, pengolahan yang terletak di sebelah pasar rakyat.
Perkebunan kopi di Kabupaten Dogiyai merupakan perkebunan peninggalan misionaris Belanda pada 1890-an. Pada era tersebut, sebagian besar masyarakat Dogiyai adalah petani kopi. Seiring perubahan zaman, masyarakat mulai jarang menanam kopi dan beralih profesi menjadi buruh bangunan untuk mendapatkan uang lebih cepat.
Sementara itu, Kepala Pusat Penanganan Isu Strategis Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini mengatakan bahwa Kabupaten Dogiyai juga memiliki lima UKM kopi yang salah satunya dibina Pastor Gereja. Selain kebun peninggalan Belanda, di Kabupaten Dogiyai juga terdapat kebun kopi SMP Yayasan Pendidikan Persekolahan Katolik (YPPK) seluas satu hektar.
“Sekolah ini menyelipkan pendidikan mengenai kopi pada kurikulum ajarnya sehingga murid-murid diajarkan memetik dan mengolah kopi di sekolah,” ujar Made.
Made mengharapkan, kopi Papua dapat menembus pasar ekspor dalam tiga tahun ke depan dan dapat disajikan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua 2020 mendatang.