Pertanianku – Setelah mengenal daya produksi ayam kedu, pada bagian ini akan dibahas tentang ayam pelung. Ayam pelung biasa dipelihara untuk memperoleh suara yang merdu. Jenis ayam ini banyak terdapat di daerah Cianjur dan sekitarnya. Populasinya tidak banyak, di samping itu keaslian ayam ini semakin pudar dengan semakin seringnya dilakukan perkawinan dengan ayam kampung biasa.
Pemeliharaan ayam pelung oleh masyarakat tergantung pada pengetahuan tentang cara-cara pemeliharaan dan pendapatan mereka. Ayam pelung oleh masyarakat dipelihara secara sederhana sekali, tetapi masih ada campur tangan pemelihara. Malam hari ayam dikandangkan di kolong rumah atau dikurung pada kurungan ayam, kemudian esok paginya dilepas dengan disediakan dedak yang dicampur dengan air masak atau gabah untuk ayam jantan. Di beberapa tempat yang masyarakatnya telah mengenal cara pemeliharaan ayam ras diterapkan pula cara pemeliharaan yang pada ayam pelung.
Kandang bertingkat atau kandang panggung dengan alas litter dapat digunakan untuk pemeliharaan ayam pelung. Kandang itu pun hanya untuk tidur di malam hari. Walaupun demikian, masih ada yang melepas ayamnya ke sana kemari dengan pemberian dedak atau menir dan gabah pada pagi hari, kemudian setelah itu ayam dibiarkan pergi lagi. Akan tetapi, ada pula yang memeliharanya dengan sistem halaman, jadi ayam tidak dilepas. Cara pemeliharaan semacam ini terutama dilakukan bagi mereka yang benar-benar senang ayam pelung.
Cara pemeliharaan yang ada di masyarakat, pertama kali ayam bertelur berkisar 7—9 bulan. Akan tetapi, bila dipelihara secara intensif dengan makanan yang berkualitas baik, akan bertelur pada umur 5—6 bulan. Dalam satu kali musim bertelur (diselingi istirahat, kemudian mengeram) dapat menghasilkan sampai 14 butir telur. Ayam yang mampu bertelur di atas 12 butir, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan ayam yang mampu bertelur di bawah sembilan butir. Jadi, bila ada 100 ekor ayam pelung, ayam yang bertelur di bawah sembilan butir per musim dipastikan lebih dari 50 ekor dalam kondisi pemeliharaan yang ada di masyarakat, sedangkan bila dipelihara secara intensif dan diberikan makanan yang baik, ayam tersebut akan bertelur jauh lebih banyak.
Dari dua contoh ayam kampung yang dijelaskan (ayam kedu dan ayam pelung), sebenarnya sistem pemeliharaan masyarakat itulah yang menjadi penyebabnya. Walaupun ada beberapa pemelihara yang telah menggunakan sistem kandang secara modern, tetapi cara pemeliharaan dan makanan yang diberikan tetap memakai cara tradisional. Seperti yang dilakukan oleh suatu peternakan ayam aduan yang penulis kunjungi di Purwokerto. Mereka menggunakan kandang dengan cara intensif. Ayam dikurung dengan kandang sistem tingkat beralaskan litter. Akan tetapi, makanan dan perawatan ayam tetap dengan cara tradisional sehingga prestasinya sebagai ayam kampung tidak berubah.
Sumber: Buku Beternak Ayam Kampung