Mengenal Berbagai Limbah Industri

Pertanianku – Industri yang tergolong dalam industri rumah tangga, seperti industri pembuatan tahu dan industri perkayuan, menghasilkan limbah-limbah organik yang merupakan sisa hasil proses produksi. Limbah organik tersebut sebenarnya masih dapat dimanfaatkan kembali agar tidak mencemari lingkungan. Salah satu alternatifnya ialah diolah sebagai bahan baku komposa. Limbah industri tahu Ampas tahu merupakan limbah padat industri tahu yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos. Limbah tahu banyak mengandung nitrogen, dan unsur mineral. Karakateristik limbah tahu umumnya juga sangat tergantung pada jenis kedelainya, tetapi sebagai gambaran dapat dilihat seperti pada Tabel 6.

Limbah Industri

Sebelum diolah menjadi kompos, ampas tahu diperas dan dikeringkan terlebih dahulu selama empat hari (sesuai dengan cuaca atau sampai tidak terdapat larva serangga pada ampas tahu tersebut) untukmengurangi kadar airnya. Selain itu, karena ampas tahu lebih bersifat solid maka sebaiknya untuk pembuatan kompos dari ampas tahu dicampurkan serasah organik lainnya yang mengandung karbon.

a. Limbah industri tahu

Ampas tahu merupakan limbah padat industri tahu yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos. Limbah tahu banyak mengandung nitrogen, dan unsur mineral. Karakateristik limbah tahu umumnya juga sangat tergantung pada jenis kedelainya, tetapi sebagai gambaran dapat dilihat seperti pada Tabel 6.

Sebelum diolah menjadi kompos, ampas tahu diperas dan dikeringkan terlebih dahulu selama empat hari (sesuai dengan cuaca atau sampai tidak terdapat larva serangga pada ampas tahu tersebut) untuk mengurangi mengurangi kadar airnya. Selain itu, karena ampas tahu lebih bersifat solid maka sebaiknya untuk pembuatan kompos dari ampas tahu dicampurkan serasah organik lainnya yang mengandung karbon.

b. Limbah industri kayu

Limbah industri kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan kompos adalah serbuk kayu/serbuk gergaji. Namun, umumnya sulit terdekomposisi pada jenis-jenis kayu yang banyak mengandung lignin sekitar 12,7%. Kayu gergajian umumnya kandungan karbonnya 49,7%; C/N total 51,2 dengan C/N biodegradable 45,1; dan kandungan nitrogen 0,97%. Untuk memudahkan serbuk kayu mudah terdegradasi, tambahkan sedikit urea dan jenis jamur seperti Phanerochaete chrysosporium pada suhu inkubasi 39—40o C agar mempercepat laju degradasi lignin 5,2%—29,8%. Walaupun limbah kayu ini dapat dikomposkan, tetapi jarang orang menggunakan limbah gergajian ini sebagai bahan baku utama karena sulit untuk terdegradasi.

Sifat dari serbuk kayu yang mudah menjerap air maka biasanya dicampurkan sebatas sebagai bahan pengisi pada pembuatan kompos dari kotoran hewan (sapi). Limbah kayu atau gergajian ditebar di kandang hewan/ayam. Selain menyerap bau kotoran, sekaligus menjadi remah dengan kandungan unsur hara sebagai bahan baku yang bagus untuk kompos.

c. Limbah industri pabrik gula

Limbah pabrik gula sering terbuang begitu saja, kecuali limbah bagas (ampas tebu) yang masih dapat digunakan untuk pembakaran dan limbahtetes yang dikonsumsi oleh industri lain (bahan MSG, etanol). Dalam perkembangannya, ternyata limbah blotong dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos. Untuk dapat diolah menjadi kompos, limbah tersebut harus dicampur dengan kotoran ternak dan bioaktivator (contohnya Stardec). Pemanfaatan blotong sebagai kompos diharapkan membantu mengatasi masalah kelangkaan pupuk kimia dan mengatasi masalah pencemaran lingkungan sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu langkah awal menuju zero waste industry dalam industri gula.

d. Limbah industri pulp dan kertas

Industri pulp dan kertas menghasilkan limbah padat yang berasal dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kompos. Limbah lumpur pengolahan kertas memang banyak mengandung unsur hara, walaupun kadarnya rendah. Akan tetapi, proses pengomposannyamemerlukan waktu yang cukup lama, yaitu selama 45 hari. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut dengan menambahkan bioaktivator berupa jamur dari genus Trichoderma yang dikenal sebagai penghasil enzim hidrolitik, selulase, pektinase, dan xilanase. Dengan menambahkan sejumlah biomassa jamur tersebut, terbukti dapat mempersingkat waktu pengomposan. Selain menggunakan jamur Trichoderma sebagai aktivator, juga dapat digunakan biomassa mikroba yang berasal dari kotoran ternak sapi karena di dalamnya banyak mengandung mikroba pendegradasi bahan organik kompleks.

 

Sumber: Buku Kompos dari Limbah