Pertanianku – Bunga lada merupakan bunga majemuk berbentuk malai/untai (amentum). Malai menggelantung ke bawah dengan panjang yang bervariasi (3—25 cm), tidak bercabang, berporos tunggal, dan ditumbuhi bunga-bunga kecil yang berjumlah >150 kuntum. Bunga duduk pada ibu tangkai tanpa tangkai bunga yang jelas dan tersusun secara spiral. Warnanya hijau muda kekuningan. Malai Petaling 1 (± 11 cm) lebih panjang dibandingkan dengan malai Chunuk (± 9 cm), malai terpendek terdapat pada Merapin (± 2—6 cm). Di Bondo Alit (Jawa Timur) ditemukan lada yang mempunyai malai dengan panjang lebih dibandingkan dengan malai Petaling 1. Di India, Paniyur mempunyai malai yang panjang, yaitu rata-rata 15,92 cm (Ramankutty, 1977); 17,00 cm (Sammuel et al., 1983), dibandingkan dengan yang berasal dari Indonesia.
Bunga tumbuh berhadapan dengan daun dari cabang buah plagiotropis yang muncul dari cabang sekunder (sulur gantung). Ada yang berbunga betina saja, berbunga jantan saja (uniseksual), atau yang hermafrodit (biseksual).
- Lada uniseksual, dapat berumah satu (monoecious), yaitu pada satu tanaman terbentuk bunga betina dan jantan yang terpisah; atau berumah dua (dioecious), yaitu bunga betina dan jantan terpisah pada pohon yang berbeda.
- Lada hermafrodit, memiliki bunga berukuran kecil, tumbuh di ketiak daun, kelopaknya berdaging, tidak bermahkota, berbenang sari 2—3 helai dengan panjang 1 mm yang terletak di kanan dan kiri bakal buah. Kepala sarinya memiliki dua kantong sari.
Perkembangan malai bunga sempurna (hermafrodit). Kebanyakan spesies Piper liar dan beberapa Piper nigrum liar di India adalah dioecious, tetapi sebagian besar lada budi daya adalah monoecious. Sebagai contoh lada Kalluvalli dan Bangka mempunyai bunga sempurna; sedangkan lada Kuderavalli mempunyai bunga hermafrodit, bunga jantan dan bunga betina; sedangkan lada Uthirancotta hanya mempunyai bunga betina saja. Tanaman jantan jarang sekali dijumpai, tanaman ini mudah dikenali dari pertumbuhan vegetatif yang besar. Dalam usaha komersial, tingginya rasio bungabunga hermafrodit adalah faktor utama tingginya produksi tanaman.
Varietas yang terdapat di Indonesia maupun India, umumnya hermafrodit. Menurut Jose dan Nabir (1972a) perbedaan utama pada varietas terdapat pada komposisi bunga betina/jantan pada malainya.
Beberapa varietas yang berasal dari India yaitu Karimunda, Chola, dan Vankodi, 100% hermafrodit; Paniyur 98%; Chenganoor, Taliparamba 4, dan Uthiran Kotta 100% berbunga betina. Di antara 21 varietas yang diamati persentase bunga betina tertinggi pada Taliparamba (10,2%) (Yose dan Nabiar, 1972a). Dari hasil penelitian Martin dan Gregory (1962), persentase bunga betina pada Kudaravally lebih banyak daripada serbuk sari Balncotta.
Bakal buah berbentuk bulat, bersel tunggal, bertelur tunggal. Putik terdiri atas 3—5 yang agak berdaging dihiasi dengan titik-titik gelembung putih (papila) yang akan berubah warnanya menjadi cokelat setelah persarian. Kepala putik dapat menerima tepung sari selama 10 hari setelah mulai subur dan tingkat kesuburannya mencapai puncak pada 3—5 hari setelah kepala putik mulai tampak. Bunga mulai membuka dari bagian bawah/pangkal malai terus naik ke atas/ujung malai dan selesai setelah 7—8 hari.
Bunga lada bersifat protogeni, perkembangbiakannya dengan cara menghasilkan kuncup. Serbuk sari berukuran kecil berdiameter ± 8,0 μ—8,8 μ; diameter membujur (popular axis) 8,4 μ—9,6 μ; diameter melintang (equatorial axis) 9,6—18,8 μ x 7,2—9,6 μ; tebal sproderm 0,7 μ. Hasil pengamatan Rahiman (dalam Rahiman dan Nair, 1983) terhadap morfologi delapan spesies lada, ternyata serbuk sarinya seragam, hanya berbeda dalam ukuran.
Sumber: Buku Lada