Pertanianku – Katuk (Sauropus androgynus L. Merr) merupakan tanaman khas daerah tropis. Katuk merupakan tanaman yang dapat tumbuh tinggi hingga 2—3 m, termasuk famili Euphorbiceae. Dibandingkan dengan sayuran daun lainnya, daun katuk sangat kaya kalsium, kadarnya mencapai 204 mg/100 g (Anonim, 2012b).
Daun katuk berkhasiat meningkatkan produksi dan kualitas air susu ibu (ASI). Selain itu, daun katuk juga bermanfaat sebagai pewarna makanan, sedangkan akarnya dapat dipergunakan untuk obat demam, memperlancar air seni, dan obat luar frambusia (Puspaningtyas et al., 1997).
Daun katuk mengandung senyawa fitokimia yang berkhasiat sebagai obat. Daun katuk mengandung sedikitnya tujuh senyawa aktif yang dapat merangsang pembentukan hormon-hormon steroid (diantaranya progesteron, estradiol, testosteron, dan glukorkotid) dan senyawa eikosanoid (seperti prostaglandin, prostasiklin, tromboksan, lipoksin, leukotrin) (Anonim, 2012b). Berdasarkan hasil analisis laboratorium BALITRO tahun 2012, daun katuk mengandung senyawa aktif saponin, alkaloid, tannin, fenolik, flavonoid, triterfenoid, steroid, dan glikosida.
Hormon prostaglandin yang berbentuk senyawa aktif dalam daun katuk dapat menyuburkan perkembangan sel sekretoris, yakni sel-sel penghasil ASI pada payudara ibu menyusui, sekaligus dapat memperlama jangka waktu produksi ASI. Senyawa aktif lainnya membantu penyerapan asupan gizi dan meningkatkan metabolisme sehingga kapasitas produksi ASI meningkat.
Daun katuk dapat menjaga konsentrasi darah tetap normal yang akan mencegah terjadinya penggerakan lemak pada dinding pembuluh darah (ateroklerosis). Daun katuk juga dapat meningkatkan metabolisme karbohidrat dan protein di dalam sel, sehingga tidak semua asupan sumber kalori tersebut tertimbun tubuh menjadi lemak (Anonim, 2012b).
Sumber: Buku Teknik Biskuit Pakan Ternak