Pertanianku – Pernahkan Anda membayangkan bila hewan seperti banteng jawa dikawinkan dengan sapi bali? Di Taman Safari Prigen hal ini benar-benar melakukan persilangan antara banteng jawa dengan sapi bali.
Banteng jawa merupakan salah satu satwa yang dilindungi oleh undang-undang. Karena populasi hewan ini cenderung menurun dari tahun ketahun. Salah satu usaha yang dilakukan untuk melestarikan hewan ini selain memeliharanya di lembaga konservasi, adalah dengan cara menyilangkan mereka dengan spesies lain agar gennya tetap lestari.
Salah satu satwa yang dicoba untuk disilangkan dengan banteng jawa adalah sapi bali. Penyilangan ini pun dilakukan di Taman Safari Prigen bekerjasama dengan Balai Penelitian Benih Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. Persilangan pun berhasil dilakukan, kini anak-anak hasil perkawinan ini disebut sebagai Jaliteng.
“Jaliteng ini hasil perkawinan silang antara Banteng Jawa dan Sapi Bali. Soal nama, Jaliteng ini ada artinya yaitu Jawa Bali Banteng. Yang memberi nama waktu itu Gubernur Jawa Timur, Pakdhe Karwo,” terang Idham Rustian, Kepala Divisi Sales, Marketing dan Komunikasi Taman Safari Prigen sebagaimana dilansir DetikTravel (10/6).
Menurut Ivan Chandra, salah seorang dokter hewan sekaligus Kurator Herbivora Taman Safari Prigen yang mengawasi proyek ini, ada tujuan besar di balik persilangan tersebut. Yaitu untuk menciptakan nilai tambah dari satwa yang sekarang sedang dibiakkan.
“Jaliteng tidak hanya sekadar dibiakkan, melainkan ada tujuan tertentu yaitu agar mempunyai nilai tambah. Ketika dikawinkan akan meningkatkan produktivitas genetik maupun ketahanan akan penyakit. Ketika Sapi Bali dengan banteng, fisiknya akan kuat, nilai genetiknya meningkat, bantengnya juga tidak inbreed,” tutur Ivan.
Produktivitas yang dimaksud Ivan adalah dari segi berat badan. Jika bayi Sapi Bali biasa begitu lahir beratnya hanya mencapai 16 Kg, bayi jaliteng bobotnya bisa mencapai 22 Kg. Pertumbuhan fisik Jaliteng pun lebih cepat dari sapi biasa, di usia 4 tahun beratnya bisa mencapai 400 kg dan beratnya mencapai lebih dari 1 ton ketika dewasa.
Saat ini Jaliteng belum bisa untuk konsumsi manusia. Untuk mencapai tahap siap konsumsi, Jaliteng butuh penelitian lebih lanjut. Saat ini jaliteng yang ada di Taman Safari Prigen baru pada tahap F1, alias keturunan pertama yang dilahirkan dari induk Banteng Jawa jantan serta indukan Sapi Bali betina.
“Saat ini belum bisa dikunsumsi karena perlu diriset lagi. Keturunan F1 kami nanti akan kami kawinkan dengan banteng lagi, F2-nya nanti kita olah lagi. Saat ini sudah ada 14 ekor F1, 6 jantan dan 8 betina. Sementara kita tampung dulu di TSI (Taman Safari Indonesia), rencananya akan dikirim juga ke BBIB (Balai Besar Inseminasi Buatan) untuk penelitian lebih lanjut,” tambah Ivan.
Dari keturunan F1 jaliteng yang dihasilkan, ada 8 betina dan 6 pejantan yang dilahirkan. Cara membedakan antar keduanya pun cukup mudah, yaitu melalui ciri fisiknya. Untuk pejantan, ciri fisiknya masih mirip dengan banteng jawa, sementara untuk yang betina mirip dengan sapi bali.
“Ketika memasuki usia 3 tahun warna hitamnya pejantan mulai nampak, sementara betina tetap berwarna coklat. Jantan punya fisik lebih kokoh, kalau betina lebih kecil. Di usia 5 tahun mereka sudah bisa kawin,” ungkap Ivan.
Sapi Jaliteng saat ini belum bisa dilihat oleh wisatawan yang datang ke Taman Safari Prigen karena sedang dalam masa penelitian. Sapi-sapi ini disimpan dalam kandang khusus yang terletak di bagian belakang, dekat dengan Rumah Sakit Hewan.
Diharapkan ke depannya sapi jaliteng ini dapat memberi manfaat berupa nilai tambahnya kepada masyarakat. Sehingga pelestarian banteng jawa memberikan dampak positif serta kesejahteraan bagi para peternak di kawasan Jawa Timur