Pertanianku – Curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembapan udara suatu tempat tumbuh tanaman. Hal tersebut bisa menyebabkan peningkatan intensitas bakteri Pseudomonas solanacearum yang merupakan penyebab penyakit layu bakteri atau layu akar. Selain itu, kelembapan udara yang tinggi juga menyebabkan peningkatan cendawan atau jamur yang merupakan penyebab penyakit antrak atau antraknosa (Gloeosporium sp.).
Curah hujan yang dianggap sesuai untuk cabai yaitu 600—1.250 mm per tahun, atau 50—105 mm per bulan. Namun, sumber lain menyebutkan bahwa curah hujan 1.500—2.500 mm per tahun atau 125—208 mm per bulan masih ideal asalkan hujan turun secara merata dan turunnya tidak terlalu deras. Hujan yang turun terlalu deras akan membuat bunga cabai rontok karena serangga penyerbuk tidak bisa melakukan aktivitas penyerbukan.
Kelembapan udara dapat diketahui dari lamanya bulan basah dan bulan kering. Menurut Schmidt dan Ferguson, lamanya bulan kering dan bulan basah di Indonesia dibagi dalam delapan daerah tipe hujan seperti yang disajikan pada Tabel 10. Kemudian menentukan tipe yang paling cocok untuk pertanaman cabai dapat berpatokan pada daerahdaerah yang sudah tercatat sebagai sentra produksi cabai. Daerah sentra produksi cabai di Indonesia disajikan pada Lampiran.
Sumber: Buku Bertanam Cabai di Lahan dan Pot