Pertanianku – Di lain pihak, saat ini telah dikembangkan pembibitan itik hibrida oleh peternak yang bekerja sama dengan Balai Penelitian Ternak Bogor di beberapa provinsi. Hal ini diharapkan menjadi penggerak tumbuhnya pembibit itik hibrida baru. Kerja sama tersebut terutama berasal dari daerah yang permintaan bibit itik hibridanya sangat tinggi dan harganya dapat mencapai dua kali lipat dari harga bibit itik lainnya.
Salah satu hasil persilangan itik lokal yang saat ini populer di masyarakat adalah itik ratu. Itik hibrida ini merupakan itik petelur hasil persilangan antara itik alabio jantan dengan itik mojosari betina melalui program pemurnian kedua induknya. Keunggulan itik ratu di antaranya produktivitas telurnya tinggi Keunggulan lain itik ratu adalah kemampuan adaptasinya tinggi di berbagai lingkungan di Indonsia. Hal itu karena itik ratu merupakan persilangan itik lokal yang sudah beradaptasi dengan iklim Indonesia, dari daerah rawa, dataran rendah sampai dataran agak tinggi.
Itik hibrida ratu dapat dipelihara secara intensif, semi intensif, atau tradisional. Namun, untuk mencapai hasil maksimal, sebaiknya menerapkan sistem intensif. Untuk mencapai produksi maksimal, itik ratu sebaiknya dipelihara dengan standar pemeliharaan yang tepat, terutama pemberian pakannya.
Untuk menjaga agar produksi tetap stabil, selalu diupayakan menghindari itik dari stres, terutama akibat pergantian pakan, kekurangan air minum, terkejut, rasa ketakutan, gangguan binatang buas, serta perlakuan kasar saat pemeliharaan.
Hasil pengamatan di beberapa tempat menunjukkan bahwa puncak produksi dicapai pada akhir bulan ke-2 dan dapat bertahan antara 3—4 bulan. Setelah itu, produksi mulai menurun sampai pada produksi sekitar 40% selama 7—10 bulan, tergantung cara pemeliharaan dan kondisi lingkungan. Masa produksi itik ratu jauh lebih lama dibandingkan masa produksi kedua induknya. Bila dibandingkan dengan tingkat produksi dalam 1 tahun, selisih produksinya 16% lebih tinggi dari kedua induknya.
Bila dilihat dari sisi waktu, masa produksi itik ratu mencapai 16 bulan, sedangkan kedua induknya hanya sampai 12 bulan. Setelah masa produksi pertama selesai dan itik memasuki masa rontok bulu (1—1,5 bulan), itik akan memasuki masa produksi telur kedua dengan waktu lebih pendek. Masa produksi ke-2 berlangsung selama 10—12 bulan. Masa produksi ke-2 ini masih menguntungkan untuk diusahakan. Setelah masa produksi ke-2, biasanya itik mulai diafkir. Itik yang sudah diafkir dapat dijadikan itik potong dengan harga jual cukup tinggi.
Ditinjau dari pertumbuhannya, itik ratu pada awalnya mempunyai pertambahan bobot badan sekitar 200 g/minggu sampai umur 2 bulan dan pada umur 3 bulan telah mencapai puncak pertumbuhannya. Ini menunjukkan bahwa kecepatan tumbuhnya cukup tinggi, meskipun masih di bawah rata-rata pertambahan bobot badan itik raja (itik pedaging). Dengan kecepatan tumbuh tersebut, dewasa kelamin dan dewasa tubuh itik akan cepat tercapai sehingga itik ratu akan bertelur lebih cepat. Itik ratu mulai bertelur pada umur 18 minggu dengan bobot badan ideal 1,7 kg. Dari sisi tampilan, itik ratu tampak lebih besar dan lebih tegak daripada itik alabio. Bentuk tersebut merupakan tampilan yang sangat ideal sebagai itik petelur.
Dengan pemberian pakan yang standar untuk itik starter dan grower, setelah berumur 18 minggu, itik yang dipelihara sudah mulai bertelur 1 atau 2 butir dengan bobot telur sekitar 57 g/butir. Dengan bertambahnya umur, akan bertambah pula jumlah itik yang bertelur sampai memasuki masa produksi pada minggu ke-8. Pada saat itu, itik mulai memasuki produksi puncak sekitar 97% dengan bobot telur antara 65—75 g/ butir. Kemampuan bertelur satu bulan lebih awal dari kedua induknya, akan sangat membantu mengurangi biaya produksi dan mempercepat pengembalian modal. Selain itu, dengan ukuran telur yang lebih besar, akan diperoleh harga jual telur per butir yang lebih mahal. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan keuntungan usaha.
Masa produksi itik ratu dapat mencapai 16 bulan dari awal produksi sampai produksi sekitar 40%. Masa puncaknya lebih lama dan masa turun produksi lebih lambat. Jadi, bisa dikatakan bahwa itik ratu memiliki produktivitas tertinggi dari jenis itik lokal Indonesia. Lebih menarik lagi, hasil uji di Medan, Jombang-Jatim, dan Pelaihari-Kalsel, menunjukkan bahwa DOD itik ratu dapat dipelihara tanpa menggunakan alat pemanas (brooder). Hanya dengan diberi sekat antara tempat pakan/minum dan tempat istirahat/tempat tidur, ternyata tingkat kematiannya rendah. Hasil uji tersebut tentu sebagai bukti bahwa itik ratu memiliki tingkat adaptasi yang cukup tinggi.
Sumber: Buku Itik Petelur