Pertanianku – Burung gereja disebut juga burung pingai adalah jenis burung pipit kecil yang berasal dari famili passeridae. Burung ini biasanya hidup secara berkelompok. Keunikan dari burung gereja adalah kemampuan kicauannya yang mampu mengeluarkan bunyi dalam tempo yang panjang dan nyaring, terutama pada burung gereja jantan.
Suara burung gereja memberi ketertarikan tersendiri. Di luar negeri, burung ini sangat populer. Oleh karena banyak ditemukan di lingkungan gereja, burung ini kemudian diberi nama burung gereja.
Burung gereja memiliki ciri-ciri antara lain berukuran kecil tapi gemuk, warna bulu cokelat-kelabu, berekor pendek, dan memiliki paruh kuat yang digunakan untuk memakan biji-bijian. Ukuran tubuh burung gereja kurang lebih 2,5—4 cm.
Burung gereja yang ditemukan di dataran Afrika antara lain burung gereja passer, burung gereja petronia, dan burung gereja montifringila. Sementara itu, burung gereja yang sering kita temui di sekitar rumah bernama ilmiah Passer domesticus. Adapun burung gereja yang hidup di dataran Amerika, biasanya tinggal di atap-atap gereja dan bangunan besar. Burung gereja jenis ini biasanya disebut burung gereja domesticus.
Perlu diketahui bahwa hanya burung gereja jantan yang memiliki suara nyaring, sedangkan burung gereja betina tidak. Berikut cara membedakan burung gereja jantan dan betina.
- Burung gereja jantan mempunyai warna bulu tubuh cokelat agak kehitaman dan tepat pada tenggorokannya berwarna hitam. Sementara itu, pada betina warna tenggorokannya kecokelatan.
- Bagian kepala burung gereja jantan berwarna abu-abu gelap, sedangkan pada betina berwarna cokelat.
- Secara keseluruhan, warna bulu pada burung gereja jantan gelap, sedangkan pada betina cerah.
- Saat musim kawin tiba, warna paruh pada burung jantan dan betina berubah. Pada burung jantan berwarna gelap, sedangkan pada betina kecokelatan. Akan tetapi, saat musim kawin usai, warna paruh mereka sama, biasanya cokelat.
- Untuk burung gereja yang menginjak dewasa, tekstur warna tubuhnya tampak pucat.
- Iris berwarna cokelat, sedangkan paru pada umumnya berwarna abu-abu dan kakinya berwarna cokelat.
Perilaku dan perkawinan
Masa perkawinan dimulai dengan reaksi burung gereja jantan dalam menawarkan sarang yang telah ia buat. Jantan akan memamerkan sarang tersebut untuk menarik perhatian betina.
Sang jantan akan terus bercicit di sekitar betina sambil memamerkan tarian-tarian unik dengan membuka sayap. Namun, tidak semua trik tersebut disukai oleh sang betina, kadang justru timbul pertarungan antara keduanya jika sang betina sedang tak ingin diganggu.
Tidak hanya manusia, bahkan cinta segitiga pun juga kerap terjadi saat musim kawin pada burung gereja. Perebutan betina oleh dua pejantan. Persaingan antara keduanya berakhir jika sang betina bersedia melihat sarang yang telah dibuat oleh para pejantan.
Jika merasa puas dan nyaman, sepasang burung gereja akan melakukan perkawinan. Burung gereja jenis domesticus memiliki cara tersendiri dalam menarik perhatian betina. Jantan akan membentuk semacam pagar betis untuk menarik perhatian betina.
Lalu, mereka akan bersama-sama hinggap di salah satu dahan pohon atau kabel. Dengan penuh semangat, burung jantan akan mengembangkan sayapnya sambil bercicit sebelum perkawinan berlangsung.
Perkawinan pada jenis burung gereja domesticus berlangsung bergiliran. Sang betina dalam satu waktu akan dikawini oleh beberapa pejantan. Burung gereja merupakan burung poliandri sehingga tidak jarang ditemukan satu sangkar berisi satu betina dengan beberapa jantan di sana.