Mengenal Lebih Dekat dengan Suweg

Pertanianku Suweg atau Amorphophallus campanulatus B. termasuk kelompok tanaman umbi minor seperti talas, gadung, bentul, dan umbi lainnya yang dapat didiversifikasi menjadi bahan pangan.

suweg
foto: https://dkp3.tasikmalayakota.go.id/

Tanaman suweg sudah cukup terkenal di kalangan petani di Jawa, Sumatera, dan bagian timur Indonesia. Namun, tanaman ini tidak begitu berkembang karena permintaan komoditas pangan lain yang cukup tinggi.

Tanaman ini dapat ditanam di tegalan dan pekarangan. Masyarakat sering menggunakan tanaman ini sebagai tanaman hias karena memiliki bentuk fisik yang cukup indah. Tanaman mengeluarkan kuncup bunga dari dalam tanah pada awal pertumbuhannya. Biasanya, bunga tersebut muncul pada musim hujan dan kuncup tersebut merupakan tunas yang akan tumbuh menjadi suweg.

Umbi tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan pangan karena mengandung serat yang cukup tinggi sekitar 13,71 persen dan lemak rendah sekitar 0,28 persen. Umbi tanaman sudah bisa dipanen setelah 1—2 tahun ditanam. Produksi umbi tiap tahunnya mencapai 30—200 ton per hektare.

Masyarakat biasanya mengolah umbi dengan cara diiris, dicuci, dan dikukus untuk menghilangkan racun dan zat berbahaya lainnya. Umbi suweg biasanya dikonsumsi bersamaan dengan kelapa parut yang sudah diberikan sedikit garam.

Selain umbi tanaman, daun muda dan buah suweg juga sering diolah oleh masyarakat sebagai sayuran.

Umbi suweg juga dapat diolah menjadi tepung yang berfungsi sebagai penstabil (stabilizer) dan pengemulsi (elmufisier) pada produk makanan olahan, minuman, kosmetik, dan indrilling fluids.

Tanaman pangan ini juga berkhasiat sebagai obat tradisional untuk mengobati disentri, kolera, gangguan pernapasan, menurunkan tekanan darah, mengurangi kadar kolesterol, rematik, dan pencernaan.

Tanaman suweg terbilang mirip dengan tanaman porang, walur, dan iles-iles putih. Namun, keempat tanaman umbi-umbian tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Suweg memiliki daun kecil berwarna hijau dengan bagian ujung daun meruncing. Kulit batang tanaman agak kasar, berwarna hijau dengan variasi putih. Pada setiap pertemuan cabang dan ketiak daun tidak memiliki bulbi atau katak.

Selain itu, permukaan umbi suweg memiliki banyak bintil atau calon tunas dan terasa kasar. Umbi tanaman juga berserat dan berwarna putih. Umbi tersebut dapat langsung dimasak untuk dikonsumsi.