Pertanianku – Berbeda dengan belut, sidat memiliki sirip dada, sirip punggung, dan sirip dubur yang sempurna. Sirip punggung dan sirip perut memanjang ke belakang dan menyatu dengan sirip ekor. Hal yang sangat menonjol adalah adanya sepasang sirip dada yang terlihat di kedua sisi badannya dan terletak di belakang kepala sehingga orang menduga sirip itu adalah ‘daun telinga’. Selain itu, ada pula orang yang menyebut sidat adalah ‘belut bertelinga’.
Tubuh sidat bersisik kecil-kecil membujur, berkumpul dalam kumpulan-kumpulan kecil yang masing-masing kumpulan terletak miring pada sudut siku terhadap kumpulan-kumpulan di sampingnya. Bentuk tubuhnya seperti ular. Warna tubuhnya abu-abu gelap pada bagian punggung, sedangkan di bagian dada/perut berwarna keputihan.
Sidat terdapat di semua laut di seluruh dunia, kecuali di kutub. Bentuk badannya panjang, lurus, memiliki sirip punggung panjang yang menyatu dengan sirip ekor. Uterusnya bersatu dengan sirip dubur. Sidat betina berukuran lebih besar dibandingkan dengan jantan. Hidupnya bersifat predator, yaitu memangsa ikan atau hewan lain yang berukuran lebih kecil.
Sidat tergolong Ordo Anguilliformes. Ordo ini dibedakan atas beberapa famili, yaitu Anguillidae (fresh water eels, sidat air tawar), Muraenesocidae (pile congers, remang), Moringuidae (worm eels, sidat cacing), Muraenidae (moray eels, sidat cacing), dan Ophiichthidae (snake eels, murai lumpur). Semua Famili sidat dari Ordo Anguilliformis hidup di laut, kecuali Famili Anguillidae. Sidat dari Famili Angullidae lebih banyak hidup di air tawar. Pada waktu larva sampai menjelang dewasa, hidupnya di perairan tawar, terutama di sungai-sungai, rawa-rawa, dan danau. Sementara itu, menjelang akhir hidupnya, sidat dewasa kembali ke laut untuk memijah sekaligus menemui ajalnya.
Di Indonesia, sidat hidup di sungai-sungai yang bermuara di laut dalam, seperti pesisir barat daya Sumatera, pesisir selatan Jawa dan Bali, pesisir timur Kalimantan, dan Sulawesi. Di Jawa Tengah misalnya, sidat memasuki Sungai Progo dan Elo sampai ke kaki Gunung Sumbing dan Merbabu. Sekitar 5—7 tahun, sidat hidup sebagai ikan sungai di pegunungan.
Di Indonesia, terdapat 7 spesies sidat dari 16 spesies sidat yang terdapat di dunia. Dari tujuh sidat itu, yang paling luas penyebarannya adalah spesies Anguilla marmorata. Sementara itu, yang paling sempit penyebarannya adalah Anguilla borneensis karena hanya terdapat di Kalimantan Timur dan Sulawesi.
Sumber: Buku Budidaya Belut dan Sidat