Pertanianku – Malayan bonytongue pertama kali diperkenalkan oleh muller dan Schgell pada tahun 1945 dengan naman ilmiah Osteoglossum formosum. Namun, pada tahun 1913, Weber dan de Beaufort memasukkannya ke dalam genus scleropages dan otomatis namanya menjadi Scleropages formossus. Ikanini merupakan penghuni asli perairan Indonesia dan tergolong jenis ikan yang langka.
Ikan arwana yang di daerah asalnya dikenal sebagai kalesa ini bisa dilihat dari ciri-ciri yang cukup mencolok pada badannya. Badannya berbentuk memanjang dengan potongan melintang pipih. Punggung hampir lurus datar, yaitu mulai dari moncongnya sampai sirip punggung. Celah mulut terbilang lebar, menghadap ke arah atas depan dan pada ujung dagunya terdapat sepasangsungut. Sungut yang merupakan tonjolan daging ini lebar pada pangkalnya dan meruncing pada bagian ujungnya. Halyang umum adalah bahwa sungut ini menghadap ke depan dan dapat tumbuh hingga panjang. Jika sudah panjang maka sungut ini bisa mencapai mata.
Sirip punggung terletak jauh di belakang berseberangan dengan sirip dubur dan mencapai dekat pangkal sirip ekor. Ukuran sirip punggung sedikit lebih kecil daripada sirip dubur. Sirip dada panjang dan mampu mencapai daerah sirip perut. Sisik-sisiknya besar rapi, kecuali pada daerah pangkal sekitar sirip ekor, sirip dubur, dan sirip bagian perut. Warna badannya beragam, sesuai varietasnya. Ada yang pungungnya kehijauan, ada yang kekuningan, dan ada pula yang kemerahan. Lingkungan asli ikan kalesa ini adalah sungai yang dasarnya tidak berbatu dan berarus sedang atau lambat.
Selain itu, ikan ini juga ditemukan di danau. Sifat hidupnya soliter (tidak bergerombol) dan telur ditetaskan pada mulutnya. Ukuran telur yang masak relatif besar. Jumlah telur pada setiap kali masa bertelur terbilang sedikit sekali. Ikan yang berukuran 60 cm, dalam sepasang indung telurnya hanya ditemukan telur masak sebanmyak 60 butir dengan garis tengah 1—1,5 cm.
Kalesa tergolong ikan karnivora (pemakan daging). Makananya yang asli adalah ikan kecil, kelabang, katak, dan berbagai jenis binatang. Diduga, kalesa memburu mangsanya dengan menyemprotkan air ke arah mangsanya dan menyambarnya, seperti yang dilakukan oleh ikan sumpit (Toxotes jaculator).
Kalesa pertama kali ditemukan di Sungai Daeson, Kalimantan, oleh ilmuwan Muller dan Schlege pada tahun 1945. Ternyata habitat ikan ini bukan hanya di Kalimantan saja. Oleh para ahli, kasela dilaporkan juga terdapat di Sumatera, Bangka, Malaya, Thailand, Vietnam, dan Kamboja.
Sumber: Buku Arwana