Mengenal Pala Hutan untuk Mengobati Rematik

PertaniankuPala hutan (Knema cinerea) merupakan pohon berkayu yang tingginya bisa mencapai 25 meter. Tanaman ini bergetah merah, daun tunggal berbentuk bundar telur-melanset, panjangnya 10–25 cm, dan buahnya berbentuk bulat lonjong dengan kulit berwarna kuning kecokelatan. Biji pala berwarna hitam diselimuti aril berwarna merah menyala.

pala hutan
foto: Pertanianku

Pala hutan memiliki kulit yang tidak licin dan lebih tipis sehingga porsi biji di dalamnya cukup besar. Jika dipegang, buah pala agak bergetah dan lengket. Rasanya juga kelat. Sejak 2014, petani kerap memanfaatkan tanaman ini sebagai batang bawah untuk penyambungan karena memiliki daya tahan yang lebih baik.

Pala hutan berkhasiat untuk mengobati rematik. Bagian yang dimanfaatkan adalah kulit batang. Pada bagian tersebut diperkirakan terdapat alkaloid. Cara membuat ramuan untuk menyembuhkan rematik dengan menumbuk kulit batang, ragi, cuka, dan lada hingga halus. Selanjutnya, hasil tumbukan tersebut dibalurkan pada bagian tubuh yang terkena rematik sebanyak 1–2 kali sehari.

Pala hutan kerap ditemukan di hutan-hutan tropis Indonesia dan Malaysia. Orang Melayu sering menyebutnya dengan pohon darah-darah atau pendarahan. Pasalnya, getah yang keluar dari batang tanaman ini berwarna merah seperti darah.

Di Sumatera, kulit kayu pala hutan sering digunakan sebagai bahan untuk ramuan jamu. Jamu tersebut sering digunakan untuk berbagai pengobatan.

Hingga saat ini belum ditemukan literatur yang membahas terkait kontraindikasi ataupun efek samping penggunaan kulit batang pala hutan. Akan tetapi, sebaiknya jangan mengonsumsi tanaman dalam dosis yang melebihi anjuran untuk mencegah efek samping.

Tanaman pala hutan memiliki nama sebutan yang berbeda-beda di beberapa daerah. Misalnya, di Sunda dikenal dengan nama ki mokla, di Bali dikenal sebagai kayu jelma, dan orang Dayak mengenalnya dengan sebutan kumpang.