Mengenal PGPR Lebih Dekat sebagai Penyubur Tanaman yang Ramah Lingkungan

PertaniankuPGPR atau Plant Growth Promoting Rhizobacteria merupakan kelompok bakteri menguntungkan yang mengolonisasi rizosfer (lapisan tanah tipis sekitar 1—2 mm dan berada di zona perakaran). Aktivitas kelompok bakteri dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman secara langsung dan tidak langsung.

PGPR
foto: Pixabay

Rizobakteri adalah kelompok bakteri yang memiliki kemampuan mengikat atau memfiksasi nitrogen bebas yang berasal dari alam. Nitrogen tersebut akan diolah menjadi ammonia yang kemudian disalurkan ke tanaman.

Beberapa jenis bakteri sudah teridentifikasi masuk sebagai PGPR, sebagian besar berasal dari kelompok gram-negatif. Sebagian besar bakteri tersebut berasal dari genus Pseudomonas dan genus Serratia. Selain kedua genus tersebut, ada juga genus Azotobacter, Azspirillum, Acetobacter, Burkholderia, dan Bacillus.

PGPR dapat memengaruhi tanaman secara langsung karena kelompok bakteri ini menyediakan dan memobilisasi penyerapan berbagai jenis unsur hara di dalam tanah. Selain itu, kelompok bakteri dapat berperan dalam sintesis dan pengontrolan konsentrasi berbagai hormon yang memacu pertumbuhan tanaman.

Sementara itu, pengaruh tidak langsung dari PGPR adalah melindungi tanaman dengan cara menghambat aktivitas pathogen di areal pertanaman. Bakteri-bakteri tersebut juga dapat memperbaiki struktur tanah dan mengikat logam berat yang berada di dalam tanah.

Anda bisa menjumpai berbagai jenis bakteri yang termasuk PGPR di dalam pupuk hayati majemuk komersial. Biasanya bakteri yang terkandung di dalam pupuk tersebut adalah bakteri pemfiksasi N hidup bebas dan bakteri pelarut P yang mampu menghasilkan hormon pertumbuhan.

Selain itu, kelompok bakteri tersebut bisa dibuat sendiri dari beberapa bahan organik, seperti akar bambu, akar putri malu yang dicampurkan air kapur sirih, terasi, dan dedak bekatul. Selanjutnya, seluruh bahan tersebut difermentasikan.

PGPR yang diaplikasikan secara teratur dapat menurunkan intensitas serangan hama penggerek buah kakao (PBK) sebesar 14 persen, serta nematoda dan pathogen tular tanah pada tanaman lada. PGPR bisa berperan untuk mengendalikan hama seperti pestisida sehingga penggunaan pestisida yang berbahan kimia sintetik bisa dikurangi. Hal ini karena penggunaan pestisida dapat menimbulkan dampak kurang baik pada tanaman dan lingkungan di sekitarnya.