Pertanianku — Pupuk guano dan pupuk mineral bahan alam merupakan bagian dari jenis pupuk organik yang masih asing di telinga masyarakat Indonesia. Pupuk ini terbuat dari kotoran burung atau kelelawar yang bisa didapatkan di gua-gua sarang burung laut dan kelelawar. Sementara, pupuk mineral bahan alam biasa disebut dengan zeolit, pupuk batuan fosfat, dolomit, atau kapur pertanian hasil sisa industri.

Pupuk guano
Pamor guano memang masih lebih rendah dibanding kompos, tetapi guano ini juga sama bermanfaatnya seperti pupuk kandang. Jika pupuk kandang terbuat dari kotoran hewan ternak ruminansia, guano terbuat dari kotoran hewan bersayap seperti burung dan kelelawar. Potensi bahan baku pembuatan guano terbilang sangat melimpah, mengingat banyaknya jumlah peternakan burung dan kelelawar.
Di Indonesia, pupuk ini banyak ditemukan di daerah yang menjadi sumber tambang guano, seperti Sumatera, Jawa, Madura, Nusa Tenggara, dan Papua.
Guano memiliki kandungan nutrien makro yang cukup lengkap, tetapi tidak bisa distandarkan atau disamaratakan setiap pupuk. Pasalnya, kandungan nutrisi dalam pupuk sangat bergantung pada pakan yang dikonsumsi oleh burung dan kelelawar. Tak heran, jika sering ditemui guano dengan kandungan nitrogen tinggi dan guano lainnya yang mengandung fosfat tinggi.
Oleh karena itu, penting menganalisis terlebih dahulu guano yang akan digunakan. Apakah sudah sesuai dengan kebutuhan atau belum agar saat pemupukan dapat tepat sasaran.
Pupuk mineral bahan alam
Pupuk mineral bahan alam juga merupakan bagian pupuk organik yang masih belum banyak dikenal orang. Masyarakat yang menggunakan pupuk ini memiliki nama panggilan masing-masing di setiap daerahnya. Namun yang pasti, pupuk ini dibuat dengan menggunakan bahan mineral alam.
Bahan-bahan mineral tersebut lebih berfungsi untuk mengondisikan tanah sehingga lebih memudahkan tanaman menyerap unsur-unsur hara yang sudah tersedia di dalam tanah. Bahan batuan yang biasanya digunakan sebagai bahan baku pupuk ini adalah amelioran (KKI.2421) dan produk industri