Pertanianku – Sapi madura diperkirakan merupakan hasil persilangan sapi bali dengan sapi india (Bos indicus). Hal ini didasarkan pada adanya tanda-tanda yang diturunkan oleh kedua jenis sapi tersebut seperti punuk dari Bos indicus dan bulu dari Bos sondaicus. Namun, ada pula yang memperkirakan bahwa sapi madura merupakan hasil persilangan Bos sondaicus dengan sapi jawa yang kemudian dimasukkan darah Bos indicus. Sapi jantan memiliki bagian tubuh depan yang lebih teguh dari bagian tubuh belakang dan memiliki punuk.
Saat ini, sapi madura sudah memiliki bentuk dan warna yang umum (uniform) dengan badan yang kompak dan kecil. Sapi jantan dan betina memiliki warna merah bata disertai dengan bulu pantat dan kaki bawah berwarna putih. Pada sapi madura terdapat adanya bulu putih yang tidak jelas batasnya dan garis hitam pada punggung yang tidak selalu ada. Itulah yang menyebabkan perbedaan dengan sapi bali. Punuk pada sapi madura betina kurang jelas dan gelambir kecil.
Dibandingkan dengan sapi bali, postur tubuh sapi madura relatif kecil. Bobot badan jantan dewasa antara 250—300 kg dan betina dewasa antara 150—200 kg. Pertambahan bobot badan jantan dewasa dengan pemberian hijauan dan dedak padi dapat mencapai 0,45 kg/hari. Persentase karkas berkisar 48,6—51,2%.
Sapi madura dalam keadaan murni terdapat di Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya. Sekitar tahun 1906, sapi madura banyak dibawa ke Priangan Timur dan pada tahun 1916 diintrodusir ke Pekalongan Selatan. Sapi madura juga terdapat di Pulau Flores dan pulau-pulau di sekitar Pulau Timor.
Sapi madura menghendaki pemeliharaan yang intensif. Oleh karena itu, di daerah-daerah yang pemeliharaannya secara ekstensif seperti di Pulau Flores dan Kalimantan, sapi madura kelihatannya kurang berkembang.
Sumber: Buku Bisnis Penggemukan Sapi