Mengenal Siklus Hidup Sidat

Pertanianku – Sidat yang kini dikenal termasuk Ordo Anguilliformes, dulu digolongkan dalam Ordo Apoda. Ordo Apoda masih ada persamaannya dengan bangsa ular, yaitu tidak mempunyai anggota gerak. Dalam bahasa Latin, perkataan ‘apoda’ berasal dari kata ‘poda’ yang berarti kaki dan ‘a’ yang berarti tidak. Jadi, apoda berarti tidak berkaki atau tanpa anggota gerak.

Sidat jogja rudy 060507 (4)

Pergerakan ikan yang tergolong Ordo Apoda sangat tergantung pada gerak tubuhnya yang licin panjang. Ikan dari Ordo Apoda juga tidak bersisik. Namun, jenis sidat ini masih memiliki sisik-sisik kecil yang panjang dan tersusun saling tegak lurus pada poros panjangnya. Susunan sisik ini biasanya membentuk gambar mozaik seperti anyaman bilik.

Ikan dari Ordo Apoda lebih banyak hidup di laut, misalnya ikan remang, ikan cunang, dan ikan ular boro. Apoda yang merupakan ikan air tawar hanya belut saja. Sidat tumbuh besar di perairan tawar, setelah dewasa kembali ke laut untuk memijah.

Pada stadium larva, sidat hidup di laut. Bentuknya seperti daun lebar, tembus cahaya, dan dikenal dengan sebutan leptocephalus. Leptocephalus hidup sebagai plankton terbawa arus samudera mendekati daerah pantai.

Pada stadium elver, sidat banyak ditemukan di pantai atau muara sungai. Panjang tubuhnya sekitar 5—7 cm dan tembus cahaya. Para nelayan yang menangkap sidat pada stadium ini memanfaatkannya untuk bahan baku teri atau terasi. Mereka menyebut anakan sidat ini ‘impun’.

Pada stadium yellow-eel, sidat ditemukan di sungai-sungai atau danau. Warna punggungnya kelabu, cokelat, atau kekuning-kuningan. Warna perutnya putih kusam atau kelabu. Kandungan lemak tubuhnya telah mencapai 5—15%.

Pada stadium silver-stage, ukuran sidat dewasa telah mencapai maksimal. Kondisinya sudah siap bermigrasi ke laut untuk berkembang biak. Sosok fisiknya pun telah berubah. Pada stadium ini, bagian tubuh bawah berwarna putih mengilap seperti perak, sedangkan tubuhbagian atas berwarna kelabu, tetapi terkadang berwarna jingga. Untuk sidat eropa, pada stadium ini tubuhnya telah mengandung cadangan lemak sekitar 25—29%. Cadangan lemak ini bermanfaat sebagai sumber energi selama bermigrasi karena selama itu sidat tidak makan.

Sidat yang matang kelamin kurang lebih sudah hidup selama tujuh tahun di air tawar. Pada masa perkembangan gonad (kelamin), warna bagian tubuh sidat betina yang semula hijau kekuningan berubah menjadi putih keperakan. Warna sidat jantan tetap kelabu agak gelap ketika menuju ke tahap dewasa.

Untuk mencapai kematangan gonad secara penuh (sempurna), sidat jantan maupun sidat betina melakukan migrasi ke laut. Pada umumnya, sidat bermigrasi dan melakukan pemijahan di laut yang dalamnya lebih dari 6.000 m. Sidat amerika (Anguilla rostrata) dansidat eropa (Anguilla anguilla) memijah di Laut Sargasso (Atlantik),sidat jepang (Anguilla japonica) di Samudara Pasifik, sidat kembang (Anguilla marmorata) dan sidat anjing (Anguailla bicolor) di Samudera Hindia, serta sidat sulawesi (Anguilla celebesensis) dan sidat kalimantan (Anguilla borneensis) memijah di Samudera Pasifik.

Seekor induk sidat dapat menghasilkan jutaan butir telur. Sidat eropa dapat menghasilkan 7—13 juta butir telur ketika berpijah. Telur menetas menjadi larva yang disebut leptocephallus berukuran 5—7 mm, berbentuk pipih seperti daun.

Setelah memijah, induk sidat akan mati. Telurnya menetas menjadi larva yang bentuknya mirip daun. Larva ini hidup terapung-apung di tengah samudera. Setelah berubah bentuk menjadi elver, ”bayi-bayi“ sidat ini akan dibawa ombak menepi ke pantai, kemudian ramai-ramai memasuki muara sungai yang payau sebagai lubang impun. Perjalanan elver selanjutnya akan memasuki sungai-sungai perairan payau dan air tawar, rawa-rawa, danau-danau, kemudian tumbuh sebagai ikan buas dan liar. Impun dewasa inilah yang selanjutnya dikenal sebagai sidat.

 

Sumber: Buku Budi Daya Belut dan Sidat