Pertanianku – Faktor utama keberhasilan menjalankan usaha penggemukan sapi adalah dari bakalan sapi yang akan digemukkan. Memilih bakalan sapi yang tepat biasanya memiliki ciri seperti badannya silindris dan rusuknya cembung, bentuk muka panjang, bulu pendek dan tidak berminyak, punggung lurus, dan rangkanya besar. Selain itu, sapi juga harus sehat dan tidak cacat.
Umur sapi bakalan sekitar 2,5 tahun. Jika masih terlalu muda, makanan yang dikonsumsinya cenderung untuk pertumbuhan bukan penumpukan daging sehingga waktu memeliharanya menjadi lebih lama. Sementara itu, sapi bakalan yang berumur lebih kecil dari 3 tahun, pertambahan bobotnya sudah lambat.
Kini terdapat suatu metode yang baik untuk penggemukan sapi, yakni metode intensif atau bisa disebut juga kereman. Penggemukan dengan cara ini memiliki keuntungan antara lain dapat meningkatkan nilai jual sapi, juga memberikan nilai tambah terhadap kotoran ternak atau pupuk kandang yang dihasilkan.
Usaha pemeliharaan sapi secara intensif telah banyak dilakukan oleh para petani di Indonesia. Terutama, pada daerah yang mempunyai ketersediaan hijauan dan limbah pertanian serta agroindustri yang cukup dan dekat dengan pasar ternak.
Sekalipun banyak jenis sapi potong yang diusahakan peternak di Indonesia, jenis-jenis sapi potong seperti sapi bali, madura, brahman, angus, brangus (brahma angus), hereford, charolais, ongole, dan PO (peranakan ongole), bakalan itu harus dipilih yang cocok dengan tempatnya. Menurut Hendrawan, penjual sapi dadakan yang banyak dijumpai ketika menjelang Idul Adha, khusus di daerah Gunung Kidul, sapi yang digemukkan adalah sapi jantan.
Di Gunung Kidul sapi potong yang akan digemukkan jenis PO (Peranakan Ongole), dan umumnya berkelamin jantan. Sapi betina biasanya dipelihara untuk induk atau penghasil susu.