Pertanianku – Penerapan intensifikasi proses pada budi daya tanaman memiliki status teknologi yang jauh lebih maju dibandingkan dengan teknologi budi daya dengan berbagai cara pemupukan. Teknologi pemupukan menggunakan pupuk kimia buatan secara intensif yang mendorong terjadinya revolusi hijau dan telah mampu meningkatkan produktivitas tanaman padi secara berarti hingga mantap pada harga tertentu untuk beberapa saat.
Namun, kemudian justru menurun karena akumulasi dampak negatif yang dibawanya terhadap kualitas tanah secara menyeluruh.
Teknologi pemupukan yang dilakukan secara intensif ini juga dilakukan bersamaan dengan praktik penanaman padi secara terendam sehingga secara lingkungan memberikan dampak negatif yang sangat besar karena memproduksi aneka bahan gas rumah kaca seperti gas CH4 dari perendaman jerami, gas CO2 dari pembakaran jerami, dan gas N2O dari perendaman pupuk kimia nitrogen. Secara sosial ekonomi semua beban biaya untuk pemupukan, perendaman, dan pencemaran ini ditanggung sepenuhnya oleh para petani. Status teknologi pemupukan seperti ini diberi simbol masing-masing bintang satu, baik untuk aspek produktivitas, lingkungan, maupun sosialnya, lalu akan dipakai sebagai basis pembanding terhadap status teknologi yang lainnya.
Lebih lanjut karena harga bahan baku dan energi untuk pembuatan pupuk semakin mahal maka dilakukan upaya penghematan dengan pilihan teknologi pemupukan berimbang. Status teknologi ini satu tahap lebih baik daripada teknologi pemupukan sebelumnya, terutama dalam mengurangi dampak pencemaran lingkungan karena penggunaan pupuk yang berlebihan. Dampak perbaikan produktivitas dan pengurangan beban sosialnya tidak terlalu signifikan. Status teknologi ini diberi symbol bintang dua untuk ekologi, namun masing-masing tetap bintang satu untuk produktivitas maupun sosialnya.
Lebih lanjut disadari perlu adanya penambahan bahan organik ke dalam tanah dan ternyata penerapan teknologi organik ini memiliki status teknologi yang lebih baik karena berdampak cukup signifikan terutama untuk aspek lingkungan dan aspek sosialnya. Masyarakat tani mulai memanfaatkan limbah organik seperti kotoran hewan dan sejenisnya untuk memenuhi keperluan bahan organik di kebunnya. Sementara itu, dari aspek peningkatan produktivitas kurang signifikan. Bahkan, sering kali terjadi penurunan produktivitas pada tahap awal penerapannya dan sering dikeluhkan tidak terjadi pengisian bulir padi seperti yang diharapkan karena keterbatasan ruang dalam tanah yang membatasi pasokan udara bagi tanaman. Status teknologi ini tetap bintang satu untuk tingkat produktivitasnya atau kadang-kadang bisa terjadi kenaikan hingga dua kalinya, sedangkan untuk aspek lingkungan bintang tiga, dan untuk aspek sosial pun naik menjadi bintang dua.
Status teknologi intensifikasi proses yang penulis kemukakan secara gamblang dalam tulisan ini berada pada tingkat teknologi yang jauh lebih baik, bahkan nyaris lebih sempurna daripada sekadar teknologi organik. Terlebih bila dibandingkan dengan teknologi pemupukan sebelumnya. Dari sisi peningkatan produktivitasnya, teknologi ini bisa diberi symbol bintang dua atau bahkan bintang tiga. Sementara itu, untuk aspek lingkungan dan sosialnya dapat dianggap mendapatkan bintang tiga pula. Dalam penerapannya, teknologi intensifikasi proses memerlukan perubahan pola pemikiran yang sangat mendasar seperti telah diuraikan. Hal ini mampu membuka peluang peningkatan produktivitas yang sangat signifikan, baik dari aspek lingkungan maupun sosial. Namun, yang paling utama adalah dari kenyataan peningkatan produktivitasnya yang bisa naik secara berlipat ganda dari produktivitas teknologi sebelumnya. Teknologi intensifikasi proses alami ini sangat andal, bahkan dapat dikatakan sangat bisa diandalkan. Dari penjelasan tersebut, kembali dapat dikatakan bahwa teknologi intensifikasi proses pasti merupakan teknologi organik, tetapi teknologi organik belum tentu merupakan teknologi intensifikasi proses.