Mengenal Walet Lebih Jauh

Pertanianku – Walet merupakan jenis burung yang telah banyak dibudidayakan masyarakat karena sarang burung walet mempunyai daya jual tinggi. Walet adalah burung yang hidupnya secara berkelompok atau berkoloni. Jumlah anggota kelompok walet berbeda-beda, tergantung besar kecilnya tempat tinggal. Semakin besar tempat tinggalnya maka semakin besar pula anggota kelompoknya.

Walet

Sarang terbuat dari air liur walet, bertempat di gua-gua yang sekelilingnya berupa hutan lebat karena walet menyukai tempat yang lembap dan tidak jauh dari air. Indonesia sangat cocok untuk budi daya walet karena mempunyai curah hujan dan iklim yang sesuai untuk pertumbuhannya dan dapat menunjang terjadinya siklus kehidupan yang terus-menerus sepanjang tahun.

Walet dipelihara untuk diambil sarangnya. Sarang walet yang dapat dikonsumsi berasal dari 4 jenis walet, yaitu Collocalia fuchiphaga (walet sarang putih), Collocalia maxima (walet sarang hitam), Collocalia esculanta, dan Collocalia vanikorensis. Di antara keempat jenis tersebut, walet sarang putih memiliki daya jual paling tinggi karena seluruh sarangnya berasal dari air liur walet.

Adapun taksonomi walet sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Aves

Ordo : Apodiformes

Famili : Apodidae

Genus : Collocalia

Spesies : Collocalia fuciphaga

  1. Spesies

Walet dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, warna kulit, dan bahan yang dipakai untuk membuat sarang. Ada 6 jenis spesies walet, sebagai berikut.

a) Walet sarang putih (Aerodramus fuchipagus).

b) Walet sarang hitam (Aerodramus maximus).

c) Walet sarang lumut (Aerodramus vanikorensis).

d) Walet gunung (Aerodramus brevirostris).

e) Walet sapi (Collocalia esculenta).

f) Walet besar (Hydrochous gigas).

Keenam jenis spesies walet tersebut sesuai hidup dengan iklim tropis basah di Indonesia.

  1. Pemilihan bibit

Telur yang baik untuk digunakan sebagai bibit walet mempunyai ciri-ciri berwarna putih kemerahan; kerabang telur tidak tergores atau retak; jika diteropong, tampak pembuluh darah yang bersinambungan; dan telur yang berumur 10—13 hari berwarna putih keabu-abuan dengan embrio tampak jelas bergerak-gerak.

Kualitas telur sangat mempengaruhi daya tetas. Kerabang telur merupakan bagian telur yang paling luar dan paling keras dan sering dijadikan indikasi kualitas telur. Kerabang ini tersusun atas kalsium karbonat yang berperan sebagai sumber utama kalsium, pelindung mekanis terhadap embrio yang sedang berkembang, dan penghalang masuknya mikroba. Kerabang telur berlubang atau retak menyebabkan mikroba akan masuk ke dalam telur sehingga telur menjadi busuk yang ditandai warna hitam pekat. Telur yang memenuhi persyaratan untuk ditetaskan berbentuk bulat panjang dengan ukuran (2 x 1,4) cm dengan bobot 2 g.

  1. Perkandangan

Di habitat aslinya, walet hidup di goa-goa, bawah jembatan, atau rumah-rumah tua. Namun, untuk budi daya, biasanya kandang walet berupa gedung yang didisain sesuai dengan lingkungan hidup walet agar walet hinggap, menetap, dan bersarang di dalamnya. Suhu yang ideal untuk sarang walet berkisar antara 28—29o C. Suhu yang terlalu rendah tidak disukai walet, sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap pola produktivitasnya. Sementara kelembapan yang cocok untuk kehidupan walet berkisar antara 89—90%. Kelembapan yang terlalu tinggi akan merusak sarang walet, warnanya berubah menjadi kuning dan kenyal seperti karet. Untuk menjaga agar suhu dan kelembapan di dalam rumah walet tetap nyaman maka sebaiknya di dalam rumah walet dilakukan hal-hal berikut.

a) Diberi kolam atau saluran-saluran air, berukuran panjang 4,35 m dan lebarnya 1,4 m. Tujuannya untuk menciptakan uap air yang berupa embun dari sirkulasi air tersebut.

b) Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm.

c) Menutup rapat pintu, jendela, dan lobang yang tidak terpakai.

d) Pada lobang keluar-masuk, diberi penangkal sinar yang berwarna hitam. Dengan demikian, keadaan di dalam rumah walet akan lebih gelap karena suasana gelap sesuai dengan habitat aslinya sehingga lebih disenangi walet.

Tata laksana pemeliharaan

Setelah menetas, anak walet membutuhkan pemeliharaan secara intensif karena walet merupakan hewan altricial, yaitu kelompok satwa burung yang tidak dapat mencari pakan sendiri setelah menetas. Ketika menetas, anak walet dalam keadaan gundul, tidak berbulu, dan sangat lemah. Oleh karenanya, perlu ketelitian dan ketekunan dalam perawatan. Pakan yang diberikan berupa telur semut (kroto), diberikan tiga kali sehari dengan cara disuapi. Selama 2—3 hari, anak walet perlu mendapatkan pemanasan tambahan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas.

Pada umur seminggu, mata anak walet mulai terbuka dan bulu-bulunya mulai tumbuh. Menjelang umur 43 hari, anak walet sudah mulai belajar terbang, tetapi tidak jauh dari gedung tempat tinggalnya. Setelah terbang ke alam bebas, anak walet biasaya dalam satu hari akan beberapa kali masuk ke dalam sarang rumahnya untuk beristirahat.

  1. Pemberian pakan

Para ahli berpendapat bahwa walet merupakan burung layang-layang dari suku Apodidae yang paling cepat bergerak dengan jalan membuka moncongnya sambil terbang dan memburu mangsanya yang berupa serangga dan laba-laba di udara. Setiap hari, walet dapat mengonsumsi pakan sekitar 500 jenis serangga yang berukuran 0,2—2,5 mm. Pakan tersebut didapat dari areal persawahan, kebun, dan lahan-lahan yang ditumbuhi tanaman. Serangga-serangga yang menjadi makanan walet kebanyakan berupa karnivor dan pemakan tanaman, hama tanaman, vektor penyakit, serta predator berbagai hama, seperti wereng dan ngengat penggerek padi. Serangga alam juga disenangi walet, seperti lebah, kumbang, laron, nyamuk, lalat buah, dan kutu gaplek.

 

Sumber: Buku Budidaya 22 Ternak Potensial