Pertanianku — Daun dewa atau Gynura segetum sering disebut oleh orang Sumatera dengan nama bluntas cina, sedangkan orang Jawa menyebutnya tigel kio. Tanaman ini dapat tumbuh mencapai 30—50 cm. Semakin tua jumlah cabang yang dimiliki, akan semakin banyak bagian yang berkhasiat adalah daun dan umbi tanaman.

Ciri daun dewa antara lain berdaun tanaman tunggal, berambut lebat, berbentuk bulat telur hingga bulat memanjang. Bagian tepi daun berwarna ungu dan bergerigi tajam. Permukaan bawah daun berwarna hijau muda keunguan. Bunga tanaman majemuk bongkol dan keluar dari ujung tangkai.
Akar tanaman dewa membentuk umbi berwarna keabu-abuan dan panjangnya bisa mencapai 3—6 cm.
Daun dewa mengandung alkaloid, saponin, flavanoida, minyak atsiri, dan tannin. Daun bisa digunakan untuk mengobati pembengkakan payudara, memar, bengkak akibat tulang patah, wasir, digigit hewan berbisa, luka bakar, tersiram air panas, luka berdarah, bisul, radang kulit bernanah, borok di kaki, dan kutil.
Cara pengolahan daun dewa terbilang mudah. Anda hanya perlu menggiling herba segar atau umbi segar hingga halus, kemudian tempelkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit.
Daun dewa sering digunakan dalam pengobatan masyarakat Cina. Tanaman ini konon dipercaya mampu meningkatkan mikrosirkulasi dan mengurangi rasa sakit. Pada hewan, tanaman bisa digunakan untuk menghambat aktivitas angiotensin converting enzyme yang dapat menyebabkan hipotensi pada hewan.
Tanaman dewa diketahui dapat memberikan efek pembekuan darah. Selain itu, tanaman ini juga bisa mengakibatkan toksisitas hati (hepatic toxicity). Efek tersebut dapat menyebabkan penyakit hati veno oklusif yang ditandai dengan rasa nyeri hepatomegali, aviditas cairan, berat badan, dan penyakit kuning.
Untuk mencegah efek samping yang cukup berbahaya, sebaiknya Anda melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau herbalis sebelum mengonsumsi tanaman. Apalagi, untuk perempuan yang sedang hamil dan menyusui. Hal serupa juga berlaku untuk anak-anak.