Pertanianku – Ukuran teknis ini hampir sama dengan ukuran teknis yang pertama, hanya dalam ukuran ini jumlah ayam yang mati tidak dibagi dengan jumlah ayam yang ada hari itu. Jumlah ayam yang mati hari itu atau pada periode pencatatan – dengan demikian dapat berupa total per masa produksi – dibagi dengan jumlah ayam mula-mula.
Ukuran ini berguna untuk evaluasi pelaksanaan peternakan setelah satu masa produksi atau setelah satu kelompok usai. Di sinilah ukuran ini berperan untuk mengetahui seberapa jauh sasaran atau target yang dibuat mengenai sasaran atau lebih buruk dari itu. Dari hal itu, langkahlangkah perbaikan yang dilakukan dengan melihat catatan produksi di kelompok yang bersangkutan. Berikut ini bentuk rumusnya.
Jumlah ayam mula-mula dapat berupa jumlah ayam saat pertama kali masuk, awal masa produksi, atau awal masa pencatatan. Jadi, disesuaikan dengan kebutuhan. Biasanya ukuran ini dilakukan per masa produksi. Jadi, pengukuran dilakukan di akhir masa awal dan jumlah ayam mula-mula adalah jumlah ketika ayam usia 0 hari atau waktu DOC. Kemudian, di akhir masa remaja diukur lagi. Jumlah ayam mulamula yang digunakan adalah jumlah ayam ketika awal masa remaja dan begitu pula di masa produksi. Dengan demikian, ada langkah perbaikan yang dilakukan dari masa ke masa. Misalnya, di akhir masa awal dilakukan pengukuran, ternyata setelah dibandingkan dengan target – masalah ini kita bicarakan lagi di Bab Pengelolaan Peternakan sesudah bab ini – hasilnya lebih tinggi dari rencana. Rencana untuk masa awal hanya 2,7% ternyata yang diperoleh sebesar 4,8%, jadi hampir dua kalinya. Jelas terjadi sesuatu yang tidak beres, bukan rencana atau targetnya yang terlalu optimistik. Untuk anak ayam kampung, target mortalitas di masa awal sebesar 2,7% cukup pantas atau realistis. Dalam keadaan normal dan pengendalian yang baik, hasilnya selalu lebih rendah dari target 2,7%. Untuk menghindari kejadian yang tidak diharapkan, fungsi pengawasan dan fungsi pengendalian perlu dilakukan, salah satunya dengan ukuran teknis pertama di atas. Bila ukuran pertama dilakukan secara intensif, ukuran menjadi tidak terlalu penting dan cukup diukur sekali saja ketika akhir masa produksi atau ketika ayam kampung akan dijual sebagai ayam potong. Akan tetapi, bila ukuran pertama tidak dilakukan dengan baik, ukuran kedua menjadi penting. Bila dibandingkan, ukuran kedua lebih kecil nilainya daripada nilai pertama tersebut. Hal ini yang menjadi bahan pertimbangan digunakan ukuran kedua untuk evaluasi usai masa produksi dan bukan untuk fungsi pengendalian sebagaimana halnya butir pertama. Jadi, masing-masing ukuran mempunyai peran tersendiri dalam manajemen peternakan yang baik dan benar.
Sumber: Buku Beternak Ayam Kampung