Menggunakan Bibit Biji Untuk Tanaman Karet

Pertanianku – Pada awal pertanaman karet di Indonesia, bibit yang dipergunakan berasal dari biji (seedling). Sekarang masih mudah dijumpai kebun karet yang menggunakan bibit asal biji, terutama pada perkebunan rakyat. Hal ini yang mengakibatkan produktivitas perkebunan rakyat sulit ditingkatkan. Ada kalanya penggunaan bibit seedling tidak dapat dihindarkan akibat keterbatasan dana, sarana transportasi yang tidak memadai, serta tidak tersedianya juru okulasi yang terampil dan kayu entres sumber mata okulasi yang unggul.

Bibit Karet Asal Biji

Secara resmi penggunaan bibit seedling tidak dianjurkan karena akan dihasilkan suatu perkebunan karet yang rendah produktivitasnya. Perkebunan karet dapat diketahui berasal dari biji atau tidak dengan mencermati batang. Pohon yang berasal dari biji akan mempunyai batang yang silindris, yaitu semakin mengecil ke arah atas dan tidak ditemui bekas pertautan okulasi dekat permukaan tanah.

Sebaliknya, pohon yang berasal dari okulasi mempunyai batang yang samadiameternya hingga ke arah atas, terdapat bekas pertautan okulasi yang nyata dekat permukaan tanah. Bekas pertautan okulasi itu lazim disebut ”kaki gajah” (Gambar 22).

Dalam keadaan yang terpaksa, dapat menggunakan biji-biji yang berasal dari kebun benih poliklonal khusus, sehingga diharapkan akan terbentuk populasi tanaman unggul hasil penggabungan sifat-sifat baik dari tetua yang terdapat di dalam kebun benih tersebut. Syarat kebun benih poliklonal yang baik, yaitu banyak klon (idealnya tujuh klon); ditanam berselangseling; klon yang ditanam memiliki sifat pertumbuhan relatif seragam sehingga pengaruh kompetisi di antara klon dapat dihilangkan; klon yang ditanam telah teruji memiliki sifat daya gabung yang tinggi; kebun terisolasi dari kebun karet yang lain, minimal dalamradius 5—10 km; dan semua klon telah diketahui keunggulan produksi dan sifat sekundernya.

 

Sumber: Buku Budidaya dan Teknologi Karet