Mengolah sampah Menjadi Pupuk Kompos

Pertanianku – Keberadaan sampah seringkali membuat masalah. Bagaimana tidak, sampah yang tidak dikelola secara efektif mengakibatkan banyak tumpukan sampah.

Berbagai strategi sudah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun lembaga dan para pegiat lainnya. Kesadaran masyarakat yang masih rendah untuk mengolah sampah, menjadi salah satu persoalan besar yang selalu menjadi alasan munculnya dampak dari sampah. Sementara itu, sampah baru selalu dihasilkan oleh masyarakat dalam kehidupan kesehariannya.

Bahkan, di beberapa daerah saat ini telah banyak yang melakukan pengolahan sampah melalui TPA, dan juga pembuatan “Bank Sampah” yang dikelola oleh masyarakat di lingkungannya. Akan tetapi, hal tersebut masih sering kali menimbulkan persoalan dalam proses pengolahan sampah akibat kurangnya kesadaran masyarakat untuk memisahkan sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik dan sampah anorganik harus dipisahkan karena proses pengolahannya yang berbeda.

Sampah anorganik yang biasanya dalam bentuk plastik, kaleng, karet, seng, logam, besi, dan bahan lainnya bisa didaur ulang untuk menjadi barang baru. Bahkan, di beberapa daerah sudah ada yang bisa menghasilkan barang kerajinan yang dibuat dari bahan-bahan sampah anorganik. Sementara itu, untuk sampah organik seperti daun gugur, sampah dari sisa pertanian, sampah dari sayuran dapur, dan jenis sampah organik lainnya. Bisa diolah sendiri oleh masyarakat menjadi pupuk kompos, yang tentunya akan memberikan manfaat yang lebih kepada masyarakat.

Selain dapat digunakan sendiri untuk pertanian atau pemeliharaan tanaman oleh masyarakat. Kompos juga memiliki nilai ekonomis dan peluang usaha yang bisa dikembangkan. Sebuah nilai tambah yang bisa didapatkan dari mengolah sampah organik menjadi kompos. Pupuk kompos yang dibuat dari bahan sampah organik juga bisa digunakan untuk perawatan tanaman dalam sistem pertanian organik.

Berikut cara mengolah sampah menjadi pupuk kompos:

Bahan-bahan:

Untuk membuat pupuk kompos dari sampah organik caranya cukup mudah dan menggunakan alat-alat yang sederhana. Untuk membuat kompos, kita memerlukan bahan sampah organik seperti daun gugur, sisa sayuran, rumput, atau juga sampah dari sisa pertanian. Untuk menghasilkan kompos yang bagus, sebaiknya sampah organik yang diolah berasal dari jenis dedaunan. Selain bahan dari sampah organik, untuk membuat kompos juga harus dicampur dengan pupuk kandang seperti kotoran kambing atau kotoran sapi. Gunakan pula larutan gula dan bakteri fermentasi yang bisa kita dapatkan dari larutan EM4, yang banyak tersedia di toko pertanian.

Cara pembuatan:

Sampah organik yang sudah disiapkan seperti daun gugur, sisa sayuran, rumput dan sampah lainnya, dipotong sampai berbentuk kecil-kecil. Semakin kecil pemotongan akan semakin baik karena berpengaruh pada cepatnya proses pembusukan.

Campurkan bahan-bahan yang sudah dipotong kecil dengan pupuk kandang. Pupuk kandang yang mudah digunakan adalah kotoran kambing. Campurkan sampah organik dan kotoran kambing dengan komposisi 3:1.

Siapkan 10 ml larutan EM4. Jika Anda ragu takarannya, bisa dilihat cara penggunaannya yang tercantum dalam botol atau menyesuaikan banyaknya bahan yang akan dibuat.

Siapkan setengah gelas larutan gula atau 100 ml (bisa dibuat dari gula pasir dan air biasa), menyesuaikan banyaknya bahan sampah organik yang ada.

Bahan sampah organik yang sudah dicampur dengan kotoran kambing, kemudian disiram dengan larutan gula dan larutan EM4, lalu campurkan hingga merata sampai bahan menjadi basah atau lembap. Jika perlu, percikkan air secukupnya agar semua bahan menjadi cukup basah.

Bahan pupuk kompos yang sudah selesai dicampur, kemudian dimasukkan ke wadah, bisa menggunakan bak penampungan, karung, atau plastik besar. Lama proses fermentasi dari bahan hingga pupuk siap digunakan sekitar 2—3 bulan. Oleh karena itu, untuk mempercepat prosesnya, setiap 2 minggu sekali bahan-bahan tersebut dibolak-balik dan percikkan air secukupnya untuk menjaga agar tetap basah.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pembuatan kompos sebaiknya dilakukan secara periodik. Dengan begitu, pemanfaatannya bisa digunakan secara berkelanjutan dan sampah organik tidak perlu dibuang.