Pertanianku — Jenis kopi sangat beragam. Di pasaran, penjualan kopi dilakukan berdasarkan banyak kriteria. Mulai dari jenis kopi yang ditanam, jenis metode yang digunakan, hingga komposisi bahan pembuat minuman yang digunakan. Namun, jenis kopi saat dibudidayakan tetap menjadi pembeda utama cita rasa kopi yang kini kian banyak digemari. Terdapat 4 jenis kopi budidaya yang dikembangkan para petani.

Arabika
Kopi arabika merupakan jenis yang paling disukai. Memiliki nama ilmiah Coffea arabica, kopi arabika dinilai memiliki cita rasa paling balik. Syarat utama bertanam kopi arabika adalah lahan yang terletak di dataran tinggi, yakni pada ketinggian 1.000—2.100 mdpl. Kopi arabika yang ditanam pada ketinggian yang lebih rendah sangat rawan terserang penyakit HV.
Ciri kopi arabika adalah warna buahnya yang merah terang ketika matang. Buah ini sangat mudah rontok. Namun, buah yang rontok akan menyerap bau tanah ketika rontok.
Suhu menjadi salah satu faktor penentu kualitas kopi arabika. Kopi ini tumbuh dengan baik pada suhu lingkungan 16—20 derajat Celcius. Arabika bisa dipanen mulai tahun ke-4 setelah ditanam. Produktivitasnya dapat menyentuh 350—400 kilogram per hektare per tahun.
Robusta
Jenis kopi kedua yang tak kalah populer adalah kopi robusta atau Coffea canaphora. Kopi ini dapat dibudidayakan pada lahan yang lebih rendah daripada kopi arabika. Kopi robusta lebih cepat berbunga dan produktivitasnya juga lebih tinggi, yakni berkisar 900—1.300 kilogram per hektare per tahun.
Ciri kopi robusta adalah bentuknya yang bulat dan warnanya cenderung merah gelap. Kopi robusta yang sudah matang masih menempel kuat pada tangkainya. Meskipun tampak lebih menguntungkan, pencinta kopi menghargai robusta lebih murah ketimbang arabika.
Liberika
Jenis kopi yang biasa dibudidayakan berikutnya adalah Coffea liberica. Jenis ini paling tahan terhadap serangan penyakit HV ketimbang arabika dan robusta. Dari segi penampakan pohon, kopi liberika juga memiliki ukuran daun, pecabangan, dan tinggi pohon yang lebih besar. Sayangnya, liberika dianggap memiliki mutu yang lebih rendah.
Ukuran buah kopi liberika berbeda-beda dalam satu dompol. Selain itu, rendemen kopi juga sangat rendah yakni hanya 12 persen. Produktivitas kopi liberika berkisar 400—500 kilogram per hektare per tahun. Di Indonesia, budidaya liberika banyak dilakukan di Jawa dan Lampung.
Excelsa
Jenis kopi terakhir yang juga dibudidayakan adalah Coffea excelsa. Pohon ini dapat tumbuh pada ketinggian 0—750 mdpl. Selain itu, kelebihan kopi excelsa adalah tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Pohon ini bisa tumbuh hingga 20 meter.
Ciri kopi excelsa adalah daun lebar dan besar berwarna hijau keabu-abuan. Kulit buah kopi cukup lembut dan bisa dikupas dengan tangan. Produktivitas kopi excelsa cukup tinggi, yakni 800—1.200 kilogram per hektare per tahun. Di Indonesia, kopi excelsa banyak ditanam di Tanjung Jabung Barat, Jambi.